Jumat, 24 April 2015

Taubat Pintu Kemesraan Bersama Allah SWT.

Duhai sahabat baik yg kita saling kasih dan peduli atas dasar iman dan taqwa. 
Sempatkanlah beberapa saat untuk membaca dan merenungi tulisan al faqir ini, sebab in sha Allah, hal ini amatlah penting bagi kita terlebih diri al faqir. 

Berikut al faqir sampaikan secarik kecil catatan Majelis Ta'lim, yg wajib di ketahui dan diamalkan bagi tiap2 muslim. 



 
TAUBAT 
Taubat yaitu kembali daripada keburukan kepada kebaikan dengan beberapa syarat yang tertentu, ia merupakan satu dari sepuluh perkara yg menyatakan mengenai ibadah batin (yakni ibadah yg mesti di amalkan oleh hati). 

Sebagaimana Firman Allah S.W.T. yang berarti : ” Dan mohonlah ampun kepada Allah , sesungguhnya ia Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”. (Surah Al – Muzammil – Ayat 20) 

Sebab tanpa melakukan ini lebih dahulu, seorang muslim tidaklah dapat diterima segala amal ibadah dzohir nya. Terlebih jika ia berharap dekat/ mesra akan Allah SWT. Sulit. 

Sebab tiap-tiap manusia tdk ada yg luput dari dosa. 
Baik itu dosa lahiriah, maupun dosa batin. 
Baik itu dosa besar, dosa kecil, ataupun dosa kelalaian dan kekhilafan adab / batin kepada Allah swt. 
Dosa memiliki kadar dan tingkatannya tersendiri pada tiap2 manusia. 

Karenanya, bertobatlah seorang muslim, agar amaliah ibadah dpt di terima disisi Nya Allah swt. Dan agar di karunia nikmat iman, yakni nikmat taat dan dekat akan Allah swt. Laksana kenikmatan sepasang kekasih yg selalu ingin berjumpa, berdekatan, dan bermesraan di setiap waktunya. 

Beberapa faedah dan hikmah taubat yaitu : 
* Menghidupkan jiwa yang resah karena dosa. 
* Mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 
* Meningkatkan ketaqwaan diri. 
* Menolong dari tipu-daya syaitan yang selama ini memerangkap manusia dengan berbuat dosa dan maksiat. 
* Memperolehi keselamatan, kemuliaan, dan anugerah ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam hidup di dunia dan akhirat. 

Taubat, memiliki syarat-syarat yg wajib di penuhi, agar taubat itu dpt diterima Allah swt. Dan syarat taubat ini terbagi kedalam 2 jenis dosa. 
1. Dosa kepada Allah swt; 
2. Dosa kepada sesama 

Syarat-syaratnya yaitu : 
1. Meninggalkan maksiat atau perkara dosa tersebut. (Hijrah/ berhenti berbuat) 
2. Menyesal atas maksiat atau dosa yang telah dilakukan. (Secara sungguh2) 
3. Berjanji tidak akan mengulanginya lagi. 
4.1. Mengerjakan perkara-perkara fardhu yang telah luput.(seperti sholat fardhu, puasa wajib, dan ibadah2 wajib lainnya) karena ini terkait dosa akan kewajiban kita kepada Allah swt. 
4.2. Mengembalikan hak-hak makhluk yang dizalimi. Atau meminta ridhonya (atau ridho ahli warisnya). Atau beramaliah atas nama mereka yg terdzalimi, atau perbanyak sholat sunnah.

Tuan Guru tercinta juga memberi contoh kisah-kisah, yang kesimpulannya. Di mana seseorang yg masa hidupnya penuh / rajin beribadah, serta tiap-tiap harinya ia rajin menghadiri majelis-majelis ta'lim, tetapi setelah ia meninggal, ia mendapat siksa kubur yg begitu amat dahsyat dan mengerikan. Hal tersebut terjadi hanya karena ia semasa hidupnya sering kesiangan melakukan sholat subuh nya.. Semestinya kisah itu menjadi renungan serius bagi kita bersama. Bahwa apa yg mungkin tampak sepele, kecil, dan ringan itu, sesungguhya membawa dampak/ akibat yg amat besar. 

Begitu hal nya dosa yg berkaitan dg sesama. Baik dosa mendzalimi mereka (berbuat dan berkata-kata sesuatu yg menyakiti mereka, sdg tdk dalam ketentuan syariat yg di benarkan) ataupun...terlebih, dosa yg di sebabkan kita mengambil hak-hak mereka, sdg mereka tdk meridhoi. Dan tidak dalam urusan/ ketentuan syariat yg di benarkan). 
Sungguh, jika di banding-bandingkan, dosa kepada sesama inilah yg paling sulit dan ribet untuk mendapat ampunan Nya. Sebab tdk akan di terima taubat kita, bilamana belum ada maaf dan ridho dari orang-orang yg kita dzalimi. 

Karenanya Tuan Guru kami tercinta, juga menyampaikan ; 
> jangan kita meremehkan, dosa dan kelalaian-kelalaian yg tampak kecil dan sepele bagi kita, sebab sesungguhnya hal itu membawa dampak/ akibat yg amat besar bagi kita. Baik itu di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak. 
> sejahat jahatnya seorang suami adalah, suami yg membiarkan dan tak cemas melihat isterinya dalam kelalaian, terlebih dosa dan kesesatan; 
> sejahat jahatnya seorang isteri adalah, isteri yg membiarkan dan tak cemas melihat suami dalam kelalaian, terlebih dosa dan kesesatan. 
> sejahat jahatnya orang tua adalah, orang tua yg membiarkan dan tak cemas melihat anak-anaknya dalam kelalaian, terlebih dosa dan kesesatan. 

Sahabat baik, demikian dahulu catatan kecil ini al faqir sampaikan, semoga menjadi bahan renungan yg baik, serta dpt di amalkan sekuat mungkin oleh kita bersama, khususnya terlebih al faqir. 

Semoga Pertolongan Allah menyertai derap langkah kita menuju pada ketaatan dan ridho Nya... Amiin ya robbal 'alamiin..

Tidak ada komentar: