Senin, 23 Januari 2012

Mendidik Anak Sebelum Lahir

Masjid Ibnul Mubarok
Ada seorang budak dan berkulit hitam (tanpa berupaya merendahkan ras tertentu) dari India namanya Mubarok. ia adalah sebagai seorang penjaga kebun milik seorang majikan yang bernama Nuh bin Abi Maryam seorang gubernur kota marwa.   Suatu ketika sang majikan memerintahkan Mubarak untuk mengurusi kebun apelnya, selang beberapa musim datanglah musim panen apel. lalu sang majikan pun memerintah untuk
Mengambil buah apel yang manis untuk disantap, tapi sampai pada buah yang ketiga kalinya selalu dirasa pahit dan masam oleh sang majikan. Dengan jengkel sang majikan marah seraya berkata:
"Ya mubarak, Kamu ini pegawai macam apa. Apa kamu tidak tahu mana apel yang manis dan yang masih masam."
Mubarok menjawab, "Tidak." "
Bagaimana bisa engkau tidak mengetahuinya apakah  engkau tidak mencoba mencicipinya, apa saja yang kamu kerjakan di kebunku ini?" tanya majikan.
"Sebab anda menyuruh saya hanya untuk menyirami, membersihkan rumput, merawat dan tidak diberi izin untuk mencicipi buah kalau sudah masak dan kalau saya makan berarti saya memakan sesuatu yang haram, sementara dalam ajaran agama anak itu terbentuk dari sperma, sperma itu terbentuk dari saripati makanan yang kita makan, kalau yang kita makan makanan yang haram berarti sperma itu sperma haram, kalau sperma itu haram maka anak yang lahir berotak haram berkepribadian haram dan saya tidak mau anak saya menjadi anak yang bengal nantinya." kata Mubarok.
Mendengar jawaban itu sang majikan merasa terharu dan takjub atas amanah dan kejujuran sang budak. 
Kebetulan majikannya mempunyai seorang anak perempuan yang banyak dilamar oleh orang. tapi ia enggan untuk menerimanya lalu sang majikan pun bertanya,
"Wahai Mubarok, menurutmu siapa yang berhak memperistri putriku ini."
"Wah tergantung tuan, mau pilih gaya hidup yang mana, ada Gaya Jahiliyyah, ada Gaya Nasrani Dan Yahudi, ada gaya Nabi Kita Muhammad SAW. dan para sahabat-sahabatnya, terakhir ada Gaya Modern? Jawab sang budak, lalu ditanya lagi oleh sang majikan " tolong jelaska pada saya maksudmu hai mubarok?"
"Begini tuan, Dulu orang jahiliyah menikahkan putri mereka lantaran “garis keturunan” tak pandang mau orang kere apa tajir yang penting punya darah biru (ningrat), kalau orang Yahudi dan orang Nasrani menikahkan karena “keelokan paras” yang diutamakan casing buka isi biar miskin, keturunan jelek kalau cantik orang yahudi dan nasrani mau. Dan gaya Nabi dan sahabatnya  menikahkan karena ketakwaannya pada Allah dan kebagusan agamanya, terakhir gaya masa modern yaitu menikahkan karena “harta” biar keturunan jelek yang penting tajir tuan biar hasil korupsi atau bukan,  tidak dipikirin yang penting banyak duit,  intinya duit-duit dan mobil BMW(-red) ' jawab Mubarok.
Sang majikan kembali dibuat takjub dengan jawaban Mubarok ini.   "Hai Mubarok maukah kau persunting anakku? sang majikan bertanya
"Hai tuan, saya ini masih budakmu" jawab si Mubarok
"Masalah engkau jadi budak itu gampang, sekarang aku perdekakan engkau, yang penting mau dengan putriku, dan nanti saya bicarakan pada isteri dan putriku" jelas si majikan
Akhirnya majikan tadi pergi dan memberitahu istrinya, katanya, "Menurutku, tidak ada yang lebih pantas untuk putri kita selain Mubarok kita akan memperdekakannya ya bu?"
"Baiklah suamiku jika itu yang terbaik untuk putri kita." jawab si istri dan pada saat itu juga sang majikan pun menanyakan putrinya, "wahai permataku, maukah kau ku nikahkan dengan mubarok si tukang kebun itu?" "apa yang ayah pilihkan buat aku tentu yang terbaik sebab seorang ayah sejatinya pasti memilihkan calon suami  yang terbaik untuk anaknya, ayah ridho saya pun demikian." jawab sang putri.
Mubarok pun kemudian dinikahkan dengan putri majikan itu.
Di kemudian hari, tepatnya pada tahun 118 H. dari pasangan suami istri ini lahirlah anak yang bernama Abdullah yang dikenal dengan julukan Ibinul Mubarok yang tumbuh menjadi seorang alim dan zuhud, sufi terkemuka, pakar hadits sekaligus Mujahid.
Sampai-sampai Al-Fudhoil bin 'Iyadh mengatakan,
"Demi Tuhan pemilik Ka'bah, kedua mataku belum pernah melihat orang yang sekaliber Ibnu Al-Mubarok."
Like father like son, begitulah sikap dan akhlak seorang ayah akan tertuang pada anaknya, Semoga kita dapat mencontoh sikap jujur dan amanahnya Mubarok ini.  Amiin..


Tidak ada komentar: