Sabtu, 20 Agustus 2011

Fakta Berbicara


Al kisah, Ada seorang shaleh setiap hari masuk ke Istana kerajaan, akhirnya  dia diangkat menjadi penasehat kerajaan. Orang sholeh itu selalu dalam nasehatnya mengatakan “Berbuat baiklah kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu dan janganlah engkau balas dendam kepada orang yang telah berbuat jahat kepadamu, nanti kejahatan itu sendiri yang akan membalasnya.”
Salah seorang pembesar kerajaan merasa dengki dengan nasehatnya orang sholeh itu, dia berupaya ingin membunuhnya.
Pada suatu hari pembesar yang dengki mengatakan kepada Raja :“ "Wahai Raja, si penasehat itu mengatakan diluar istana, mulut raja itu bau, tandanya dia menutupi mulutnya agar tidak tercium bau mulutmu!” Kata si pembesar. “Ya sudah, besok saya akan perhatikan” sela Raja.
Kemudian si pembesar itu keluar menuju rumah si penasehat dan mengundangnya dalam rangka syukuran. Pada acara syukuran itu penasehat disuguhi hidangan yang mewah dengan lalapan Jengkol dan Petay.
Sebagaimana biasa si penasehat itu datang ke Istana, dia lantas menasehati Raja sambil meletakan tangannya di mulut, agar tidak tercium bau Jengkol dan Petay oleh sang Raja. “”ternyata benar kata dia (pembesar)” gumah sang Raja, “penasehat sialan!” Dalam hatinya. Setelah selesai memberikan nasehat, akhirnya Raja memberikan surat  dan mengatakan “Antar surat ini ke rumah Panglimaku, mintalah tanda tanganya”. Tanpa banyak bicara diambillah surat itu dan dibawa sesuai dengan titah sang Raja.
Di tengah perjalanan penasehat itu bertemu dengan pembesar Kerajaan yang dengki. ’’Apa itu ?  « oh ini surat berisi Cek , saya disuruh minta tanda tangan  Panglima » ‘ kata si penasehat. ‘’Biar aku saja yang bawa, nanti kalau sudah, aku kasih lagi sama kamu.’’ Tanpa banyak bicara diberikanlah surat itu.
Setelah pembesar itu sampai di rumah Panglima dan bertemu, lalu Panglima membuka amplop surat itu.  ‘’Di dalam surat ini saya disuruh memenggal lehermu’’ kata Panglima. ‘’Bukan, bukan,  demi Allah surat ini bukan punya saya ‘’ bantah si pembesar. ‘’Titah Raja belum pernah salah ‘’ jawab panglima. Akhirnya si pembesar yang dengki dibunuh oleh sang Panglima.
Esoknya sang penasehat datang ke Istana, hendak menasehati Raja sebagaimana biasanya. Raja kaget dengan kedatangannya, lalu Raja berkata “Apa yang telah dilakukan Panglima kepadamu?” Oh, surat itu diminta oleh si pembesar, kemudian saya kasih” sahutnya.
“Katanya kamu menuduh saya mulutnya bau?”  Tidak, saya tidak mengatakan begitu” sahut si penasehat. “Lalu kenapa kemarin kamu menutupi mulutmu? Bentak sang Raja. “Dia (si pembesar) itu telah mengundangku dan memberiku makan Jengkol dan Petay, saya takut Raja terganggu dengan bau mulut saya” Jawab penasehat. “Benar katamu wahai penasehat, orang yang berbuat jahat tidak perlu dibalas, cukup kejahatannya yang akan membalasnya” Kata sang Raja.  (Thowiel)
  Sumber            : Kitab Irsyad El ibaad
  cetakan            : Thoha Putra

Tidak ada komentar: