Jumat, 01 Mei 2015

Dengan sholawat… imanmu bertambah kuat

Sahabat..!
Jika iman telah kuat, maka hidup seseorang akan tangguh menghadapi pengaruh sifat buruk yang dihembuskan syaitan termasuk syetan dalam bentuk manusia. Diantara sifat buruk yang kita kenal adalah tamak (Rakus), yaitu sifat yang berlawanan dengan Qanaah (puas hati atau menerima dengan lapang dada).

Sifat rakus terhadap dunia menyebabkan manusia menjadi hina, sifat ini digambarkan seperti orang yang haus yang hendak minum air laut, semakin banyak ia meminum air laut, semakin bertambah rasa dahaganya.
Maksudnya, bertambahnya harta tidak akan menghasilkan kepuasan hidup karena keberhasilan dalam mengumpulkan harta akan menimbulkan harapan untuk mendapatkan harta benda baru yang lebih banyak.

Orang yang tamak senantiasa lapar dan dahaga kehidupan dunia. Makin banyak yang diperoleh dan menjadi miliknya, semakin rasa lapar dan dahaga untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Jadi, mereka sebenarnya tidak dapat menikmati kebaikan dari apa yang dimiliki, tetapi sebaliknya menjadi satu ketidaknyamanan hidup.

Selanjutnya, kehidupannya hanya disibukkan untuk terus mendapat apa yang diinginkannya, karena orang tamak lupa tujuan sebenarnya amanah hidup di dunia ini. Mereka tidak peduli hal lain, melainkan mengisi segenap ruang untuk memuaskan nafsu tamaknya.

Dan Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia seperti ini barangkali adalah kata “cukup”.

lalu, kapankah kita bisa berkata cukup?

Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.

Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target.

Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.

Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.

Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang dan kurang.

Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.

Tak perlu takut berkata cukup.
Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

“Cukup” jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.
Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.
Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata “Cukup”

Mintalah kepada Allah agar diber sifat qona’ah..
dengan jalan bersholawat kepada nabi shohibus syafa’ah……

Kutip by : KH. Muhammad Fakhruddin Bin Sofyan Al Bantani, SHi

Tidak ada komentar: