Selasa, 18 Maret 2014

Tauladan Sang Rasulullah SAW

Islam Didaktika - 15 Maret 2014

Sahabat..! Beruntung orang yang mentauladani manusia luhur yang diluhurkan oleh Dzat Yang maha luhur…….moga kita semua diluhurkan oleh Allah…..

Kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala tiada terkira. Ragam makanan dan minuman sangat bervariasi. Kewajiban seorang muslim, menghargai nikmat-nikmat tersebut dan mensyukurinya. Kendatipun makanan yang tersedia sepele, celaan tidak layak muncul dari bibir seorang muslim. Demikian juga, ketika makanan atau minuman tidak menggugah selera, atau mengundang ketidaksukaan, karena cita- rasanya yang kurang tajam, bentuknya yang tidak menarik, atau bahan-bahannya yang dirasa tidak bergizi, cacian tetap saja tidak cocok untuk dikeluarkan.

Keteladanan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah ini, beliau tidak pernah mengeluarkan komentar miring sekalipun terhadap masakan atau makanan yang boleh dimakan.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﻋَﺎﺏَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻃَﻌَﺎﻣًﺎ ﻗَﻂُّ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali.
[HR al-Bukhâri dan Muslim].

Berbeda dengan makanan haram, beliau melancarkan celaan padanya. Bahkan melarang keras mengkonsumsinya, baik haram dari segi dzatnya maupun haram karena caranya. Apabila makanan yang dihidangkan beliau sukai, maka beliau menyantapnya. Sedangkan sikap beliau saat menghadapai jamuan yang tidak menarik hati, beliau tidak menjamahnya dengan tanpa mengeluarkan komentar miring apapun terhadapnya.

ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﺍﺷْﺘَﻬَﻰ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺃَﻛَﻠَﻪُ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺮِﻫَﻪُ ﺗَﺮَﻛَﻪُ
Kalau beliau menyukainya, maka akan beliau makan. Dan jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Sikap di atas merupakan keagungan dan keluhuran akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau menghormati perasaan orang yang telah memasak atau membuatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka mencela hasil kerja orang yang membuatnya sehingga dapat menyakiti hatinya. Sisi lain, tidak menutup kemungkinan, ada orang lain yang menyukai makanan tersebut. Hadits di atas juga, mengajarkan sikap ksatria dalam menghadapi makanan yang tidak disuka, yaitu dengan cara tidak menyentuh dan meninggalkannya.
Selain itu, bentuk penghargaan lain terhadap makanan, walaupun tidak selalu dilakukan, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji makanan- makanan. Terdapat suatu riwayat ; Beliau bertanya kepada keluarganya tentang lauk yang tersedia. Keluarga beliau menjawab:
ﻣَﺎ ﻋِﻨْﺪَﻧَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﺧَﻞٌّ ﻓَﺪَﻋَﺎ ﺑِﻪِ ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳَﺄْﻛُﻞُ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ
"Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali cuka," maka beliau meminta untuk disediakan dan mulai menyantapnya. Lantas berkata:
ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﺄُﺩُﻡُ ﺍﻟْﺨَﻞُّ ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﺄُﺩُﻡُ ﺍﻟْﺨَﻞُّ
"Sebaik-baik lauk adalah cuka. Sebaik-baik lauk adalah cuka". [HR Muslim].
Pujian sebagaimana hadits di atas bisa bermakna pujian kepada obyek makanan, dan juga bisa ditujukan untuk menghibur keluarga. Tetapi, tidak berarti pengutamaan cuka di atas segala makanan.

Begitulah sekelumit kisah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan dengan makanan, yang menjadi kebutuhan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Beliau tidak mencela dan selalu bersikap qanâ'ah (menerima) dengan apa yang tersedia.
Agar lebih jelas dan mudah dicerna ajaran sang Nabi, oleh kita orang yang masih awam, ada baiknya kita mengikuti cerita keluarga mini yang telah berhasil meneladani akhlak Nabi, berikut ceritanya :

Suatu malam, ibu yg bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu, jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam utk ayah, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi. Sayangnya krn mengurusi adik yg merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong! ... Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tdk bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sdh habis. Kami menunggu dgn tegang apa reaksi ayah yg pulang kerja pasti sdh capek, melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong. Luar biasa! Ayah dgn tenang menikmati dan memakan semua yg disiapkan ibu dgn tersenyum, dan bahkan berkata, "Bu terima kasih ya!" Lalu ayah terus menanyakan kegiatan sy & adik di sekolah. Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf krn telor & tempe yg gosong itu & satu hal yg tidak pernah saya lupakan adalah apa yg ayah
katakan: "Sayang, aku suka telor & tempe yg gosong." Sebelum tidur, sy pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada ayah, saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telur & tempe gosong?" Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya & berkata, "Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari & dia benar-benar sudah capek, Jadi sepotong telor & tempe yg gosong tidak akan menyakiti siapa pun kok!"
Ini pelajaran yg saya praktekkan di tahun-tahun berikutnya; "Belajar menerima kesalahan orang lain, adalah satu kunci yg sangat penting utk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh & abadi.
Ingatlah emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada, jadilah orang yang selalu berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti punya alasannya sendiri. Janganlah kita menjadi orang yang egois hanya mau dimengerti, tapi tidak mau mengerti.

Moga dapat difahami
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: