ADA dua orang bersaudara, yang satu ahli ibadah sedangkan yang satu lagi tukang maksiat. Kedua abang beradik itu tinggal di rumah bertingkat peninggalan orangtua mereka. Keduanya bersepakat untuk membagi tempat tinggal. Si ahli ibadah memilih tinggal di lantai atas, sebab dengan begitu dia bisa beribadah secara khusu’ dan merasa lebih dekat dengan Allah. Sementara si Tukang Maksiat tinggal di lantai dasar. Di tempat itu dia dan beberapa temannya saban hari melakukan kemaksiatan, mulai dari berjudi, minum-minuman keras, hingga perzinaan.
Suatu hari ahli ibadah itu digoda oleh nafsunya untuk mengikuti syahwatnya. Nafsunya memprovokasi bahwa dirinya sudah sangat lama menghabiskan umurnya dalam beribadah. Ia pun berandai-andai bahwa jika dirinya selesai melampiaskan nafsunya, ia akan segera tobat karena dirinya mengetahui bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha
Penyayang. Dalam hatinya, Si Ahli Ibadah itu berkata, “Aku akan turun ke bawah tempat saudaraku berada. Aku akan mengikuti apa yang dilakukan olehnya (yakni melampiaskan nafsu dengan berbagai bentuk maksiat dan kesenangan). Setelah itu aku akan segera bertobat dan menghabiskan umurku untuk beribadah kepada Allah. Maka turunlah dia ke lantai bawah sambil membawa niat tersebut. Ternyata dalam waktu yang hampir bersamaan, saudaranya yang gemar bermaksiat juga memikirkan sesuatu.
Dalam hatinya dia berkata, “Aku telah menghabiskan umurku dalam kemaksiatan. Sedangkan saudaraku terus-terusan beribadah. Saudaraku akan masuk syurga, sedangkan aku pasti akan masuk ke dalam kerak neraka. Demi Allah… aku akan bertaubat kepada Allah dan bergabung bersama saudaraku di lantai atas untuk melakukan pengabdian kepada Allah. Aku akan menggunakan sisa umurku untuk beribadah. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosaku….” Maka dengan membawa niat itu, si Tukang Maksiat tadi langsung naik ke atas untuk menjumpai saudaranya. Sementara itu, saudaranya yang sedang di atas juga bermaksud untuk turun ke bawah dengan niat untuk ikutan melakukan maksiat. Sambil bergegas menuruni anak tangga, si Ahli Ibadah menghayalkan kenikmatan tiada tara yang bakal dia dapatkan dari
perbuatan maksiatnya nanti.
Namun tiba-tiba saja, kaki si ahli ibadah tadi terpeleset ketika menuruni tangga, sehingga dia terjatuh dan menimpa saudaranya yang sedang menaiki tangga. Keduanya pun jatuh ke lantai dasar dan meninggal seketika. Ternyata, si ahli ibadah tadi dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan berniat maksiat dan dibalas dengan neraka, sedangkan saudaranya yang gemar bermaksiat dibangkitkan oleh Allah SWT dalam keadaan berniat untuk beribadah dan dibalas dengan syurga.
Kisah karya Imam Al-Ghazali di atas begitu sarat makna. Pesan utama yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah seputar pentingnya menjaga niat dan perbuatan.
Seorang muslim hendaknya senantiasa menjaga niat dan perbuatannya agar selalu dalam ketaatan kepada Allah SWT. Hal ini lantaran setiap manusia tak pernah mengetahui apa yang bakal terjadi ke depan terhadap dirinya, termasuk tentang ajal yang selamanya menjadi rahasia Allah SWT. ” … Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati… (QS. Luqman/31: 34).
Oleh sebab itu, hendaknya setiap waktu kita berniat dengan yang baik-baik agar perbuatan juga bisa menjadi baik. Kita tentu tak berharap mati dalam keadaan su’ul khatimah, yakni mati dimana kita sedang melakukan kemasiatan dan kedurhakaan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr/59: 18).
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hadiid, 57 : 3-4)
Sebaik-baik umur adalah yang dipanjangkan umur tetapi penuh dengan taat kepada Allah dan amal saleh. Seburuk-buruk umur adalah yang panjang umurnya tetapi penuh dengan dosa dan maksiyat kepada Allah. Orang yang akan selamat di alam akhirat adalah yang selamat di alam kubur. Orang yang selamat di alam kubur adalah orang yang selamat ketika di akhir hidupnya. Akhir hidup yang baik sulit didapat jika kita sehari-harinya tidak taat kepada Allah dan taat kepada Rasul. Oleh karena itu, supaya akhir hidup kita menjadi baik (husnul-khatimah) maka mulai sekarang kita harus menjadi orang yang taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan selalu beramal saleh. Orang yang doanya akan dimakbul oleh Allah adalah mereka yang beriman, taat, mengamalkan sunnah Rasul, banyak beramal saleh, banyak berjasa kepada orang lain dan menjauhi dosa dan maksiyat kepada Allah. Mintalah kepada Allah untuk akhir hidup kita yang baik dengan doa-doa di bawah ini :
Di antara doa-doa yang perlu didawamkan adalah :
َ
Hablii hukmaw wa al hiqniy bish shoolihiin
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh” (Q.S. Asy-Sy’araa: 83)
Allaahummaj’al khayra ‘umrii aakhirahu wa khayra ‘amalii khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa’ika
“Ya Allah jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan (jadikanlah) sebaik-baik hariku yaitu hari ketika aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat)” (H.R. Ibnus Sunny)
“Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan husnul-khatimah (akhir yang baik), dan
jangan Kau akhiri hidup kami dengan suu-ul-khatimah (akhir yang buruk)”
Adab Supaya Dikaruniai Husnul Khatimah
1. Sebaik-baik umur adalah umur yang panjang dan penuh dengan amal saleh. Dan seburuk-buruk umur menurut Allah adalah yang panjang umurnya tetapi diisi dengan dosa dan maksiyat kepada Allah.
2. Keadaan di akhir hayat seseorang bergantung kepada amalan sehari-hari. Oleh karena itu, isilah hari-hari kita dengan selalu meningkatkan iman dan
amal saleh.
3. Selain berusaha untuk selalu meningkatkan ibadah fardhu dan sunnat, maka perlu memperbanyak amalan ihsan, yaitu amalan yang memberi kebaikan kepada orang banyak, baik berupa ajakan untuk kembali kepada Allah (dakwah ilallaah), menyebarkan ilmu, menyebarkan kasih sayang, menyebarkan amal saleh, dan selalu tawa shaubil wa tawaa shaubish-shabr.
4. Tidak meminta mati kacuali karena telah terjadi fitnah yang mengancam keselamatan diri dan agamanya.
5. Jangan sekali-kali berfikir untuk mengakhiri hidup dengan jalan pintas karena adanya tekanan hidup yang berat. Orang yang mengakhiri hidupnya dengan
jalan pintas (bunuh diri) tidak akan diterima amalnya dan dipastikan dia akan
masuk neraka.
6. Ajal adalah sebuah misteri, merupakan rahasia Allah. Bisa datang secepat kilat, tetapi bisa tidak datang-datang walaupun telah dinanti-nantikan setiap saat. Namun jika ajal telah datang, tidak bisa ditunda atau dimajukan walaupun sedetik.
7. Mendawamkan doa untuk dijadikan orang yang husnul-khatimah pada setiap akhir shalat fardhu.
8. Selalu menumbuhkan perasaan khauf dan rajaa (takut dan harap), yaitu takut akan tidak diampuninya dosa-dosanya dan berharap bahwa Allah itu Maha Rahman dan Rahim yang akan selalu memberikan rahmat kepada orang-orang yang dikehendakinya.
9. Ketika sudah ada tanda-tanda kan dipanggil oleh Allah, perbanyaklah membaca kalimat thayyibah, karena siapa yang ucapan terakhirnya adalah Laa Ilaaha illallah orang itu dijamin masuk sorga.
Duhau Sahabat baik ..!
sudahkah kalian berkunjung ke TAMAN HIKMAH islam didaktika
www.facebook.com/pages/Islam-Didaktika/226224114114784
http://islamdidaktika.web.id/
http://fakhrualbantani.blogspot.com/
di sana nampak banyak bunga warna warni yang layak untuk dipetik demi menjadi hiasan kehidupan di dunia nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar