Senin, 19 Maret 2012

Thulul Amal (panjang angan-angan)

Trimo dan Warso memandangi Sapi dan anaknya setelah dimandikan dan dibiarkan merumput sebebasnya di pinggir lahan kosong sebelah sungai. Kedua remaja berbaring di bawah pohon beringin tua sambil menikmati semilir angin pegunungan

"Angin seperti ini membuatku sangat ngantuk Mo" Warso memulai obrolan sambil membetulkan letak kepalanya di salah satu akar pohon.
"Ya sudah tidur sana, nanti aku bangunkan kalo mo pulang"
"Wah kalo gini aku ndak bisa langsung tidur"
"emange kenapa?"
"Aku biasa tidur dengan diawali proses panjang dan melayang"
"maksudmu?

"Setiap menjelang tidur, aku seringkali membayangkan cerita-cerita yang sering saya dengar tentang masa depanku sampai aku tertidur"kata Warso sambil memejamkan matanya
"Memangnya apa yang kamu pikirkan tiap malam?"

"ini cerita lawas yang sering kita dengar. Aku membayangkan ayam-ayam yang ada di rumah bertelur setiap hari. Telur-telur menetas sehingga ayamnya bertambah banyak. Lalu dijual dibelikan kambing. Kambing beranak pinak dijual dibelikan sapi dan begituuuu seterusnya sampai aku menjadi juragan desa bahkan kalo perlu jadi Kepala desa"

"hwa ..ha ... ha..., persis cerita dagelan Ludruk kemarin."Lalu apa yang telah kamu perbuat?"
"Memelihara 2 ekor ayam jantan dan betina"
"trus?"

"ya sudah itu saja, biarkan saja ayam itu tumbuh dengan sendirinya"
"arti kamu pasrah terhadap kerja keras ayam itu kan?. Kapan tercapaiya sampainya keinginan kamu. Itu namanya panjang angan.

"lha terus saya harus bagaimana?"

"Ingat ndak penjelasan Pak Guru kita dulu, tentang cita-cita"
"yang mana ? kayaknya aku lupa"
"dasar... tukang tidur"

"Kata Pak Guru, setiap orang itu kalo mau sukses harus punya cita-cita"
"Benar, trus ..."
"Berapapun cita-cita yang dimiliki itu menjadi bagus"
"lha malah kamu lebih panjang angan" Warso menyindir

"Nhah kita jangan hanya mengumpulkan cita-cita saja, tapi buat perencanaan yang matang"
"wuih omonganmu kayak Pak Guru Saja, bahkan pantas jadi Kepala Sekolah hhhhh"
"Dengar dulu"
"oke saya dengarkan"

"Buatlah semacam perencanaan terperinci dari cita-cita dan keinginan yang hendak kamu raih. Trus tulis faktor-faktor apa saja yang mendukung dalam pencapaiannya. termasuk jika harus melibatkan orang lain tulis siapa saja mereka. Nah selanjutnya koreksi setiap minggu berkala, langkah apa saja yang telah kamu capai untuk itu. Kendala apa saja yang telah menghambat. Sehingga dengan itu kita bisa menentukan langkah yang lebih baik untuk berikutnya. Dan terpenting lagi semua ini butuh proses, pelan dan istiqomah dijalankan"

"Trus kamu apa ya melakukan semua ini?"
"Ya lah"
"tapi aku kok ndak tahu?" tanya Warso sedikit kesal

"Maaf to Mo, aku hanya tidak ingin salah dalam menjalani hidup yang belum aku jalani. Jadi, aku sengaja tidak pernah menceritakan semua cita-citaku pada orang lain sebelum langkah itu sukses aku lakukan. Jadi kalopun kelak cita-citaku tidak berhasil, hanya aku dan Alloh swt yang tahu, yang penting aku sudah bercita-cita, berusaha, berikhtiar dan berdo'a secara istiqomah dan akhirnya bertawakal. Pasrah terhadap kehendak Alloh"

Kang Warso ... Kang Warso ...! lama-lamat terdengar teriakan Zubaidah adik Warso yang suaranya makin jelas mendekat. Warso dan Trimo berbegas bangkit dalam kebingunan,
"Ada apa Idah ..." Tanya Warso ketika adiknya semakin mendekat
"Anu Kang ... Ayam sampean mati semua ..."
"Apa ... ? ... Kenapa ...?

"Ndak tahu sepertinya semua mati kaku, sampean lupa tidak mengurung mereka. Khan kemarin Pak Darman sudah berpesan kalo sawahnya di pasang racun tikus. Saya yakin ayam sampean makan umpan tikus"
tiba-tiba di atas kepala Trimo seperti ada kilauan bintang dan kunang-kunang berterbangan ...
brugggg ...
Warso pingsan tertimpa sejuta angan
================================================

"Semoga kita dimudahkan dalam segala urusan di dunia dan akherat"
Wallahu a`lam bish-shawab,
semoga bermanfaat

Tidak ada komentar: