Kamis, 16 Februari 2012

Semut dan Capung

Seekor semut yang pikirannya tersusun dalam rencana teratur, sedang mencari-cari madu ketika seekor capung hinggap menghisap madu dari bunga itu. Capung itu melesat pergi untuk kemudian datang kembali.
Kali ini Si Semut berkata,
"Kau ini hidup tanpa usaha, dan kau tak punya rencana. Karena kau tak punya tujuan nyata ataupun
kira-kira, apa pula ciri utama hidupmu dan kapan pula berakhir?"
Kata Si Capung,
"Aku bahagia, dan aku mencari kesenangan, ini jelas ada dan nyata. Tujuanku adalah tanpa tujuan.
Kau boleh merencanakan sekehendakmu; kau tak bisa meyakinkanku bahwa ada yang lebih berharga
daripada yang kulakukan ini. Kaulaksanakan saja rencanamu, dan aku rencanaku."
Semut berpikir,
"Yang tampak padaku ternyata tak tampak olehnya. Ia tahu apa yang terjadi pada semut. Aku tahu apa
yang terjadi pada capung. Ia laksanakan rencananya, aku laksanakan rencanaku."
Dan semutpun berlalu, sebab ia telah memberikan teguran sebaik-baiknya dalam masalah itu.
Beberapa waktu sesudah itu, mereka pun bertemu lagi. Si Semut menemukan kedai tukang daging, dan ia berdiri di bawah meja tumpuan daging dengan bijaksana, menunggu saja apa yang mungkin datang padanya. Si Capung, yang melihat daging merah dari atas, menukik dan hinggap diatasnya. Pada saat itu pula, parang tukang daging berayun dan membelah capung itu menjadi dua. Separoh tubuhnya jatuh
di lantai dekat kaki semut itu. Sambil menangkap bangkai itu dan mulai menyeretnya ke sarang, semut
itu berkata kepada dirinya sendiri.
"Rencananya tamat sudah, dan rencanaku terus berjalan. Ia laksanakan rencananya -sudah berakhir,
Aku laksanakan rencanaku -mulai berputar. Kebanggaan tampaknya penting, nyatanya hanya
sementara. Hidup memakan, berakhir dengan dimakan. Ketika aku katakan hal ini, yang mungkin
dipikirkannya adalah bahwa aku suka merusak kesenangan orang lain."

Tidak ada komentar: