Sepasang suami-istri mendatangi seorang tabib (dokter) ahli. Mereka mengeluhkan kemandulan. Sejak menikah, mereka tidak dikaruniai seorang anakpun. Tabib langsung memeriksa denyut nadi dari dari perempuan itu.
“Anda tidak perlu diobati. Denyut nadi menunjukkan bahwa empat puluh hari lagi, Anda akan meninggal dunia,” jelas tabib itu menyimpulkan.
Kaget, takut, dan sedih bukan kepalang dirasakan oleh perempuan itu. Ia pulang dengan tubuh lunglai dan merasakan hidup yang begitu sesak. Selera makannya turun drastis dan ia mulai berwasiat serta membagi-bagian kekayaannya.
Empat puluh hari menunggu maut, ternyata maut tidak datang-datang. Perempuan itu tetap hidup.
Syahdan, suaminya mendatangi tabib itu lagi. “Istriku tidak mati,” sergahnya kepada tabib.
“Ya, aku tahu. Sekarang, pulanglah dan setubuhi istrimu! Ia sudah bisa hamil.”
“Kenapa bisa begitu?” tanya lelaki itu heran.
“Dulu, istrimu terlalu gemuk. Rahimnya tertutup lemak. Menurutku, ia tidak akan bisa kurus kecuali jika takut
mati. Jadi, aku takut-takuti dia dengan mati, biar kurus dan lemak penghalang rahim itu hilang,” jelas tabib itu.
----
Imam al-Ghazali menceritakan kisah ini
dalam Ihyâ’ Ulumiddîn sebagai tamsil bahwa ketidaktahuan kita kadang
memiliki manfaat yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar