Manusia seperti anjing. (ilustrasi by Google)
Alloh SWT berfirman :
ولوشئنالرفعنه بهاولكنه اخلدالى الارض واتبع هوه فمثله كمثل الكلب ان تحمل عليه يلهث اوتتركه يلهث ذلك مثل القوم الذين كذبوا بئايتنا فاقصص القصص لعلهم يتفكرون
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Q.S Al-A’raf : 176)Nabi Muhammad SAW. Bersabda :
ليس لنا مثل السوء من العائد في هبته كالكلب يعود في قيئه
“Tiada pada kami perumpamaan yang lebih buruk dari perumpamaan seseorang yang mencabut kembali hibahnya (pemberiannya). perumpamaannya sama dengan anjing yang menjilat kembali muntahnya.” (Al-Hadits)Allah dan Rasul-Nya memberikan perumpamaan yang demikian pada dasarnya karena manusia memiliki beberapa sifat yang dimiliki anjing. Sifat –sifat anjing itu yang paling menonjol adalah :
a. Suka menjulurkan lidah :
- karena lapar
- karena menjilat
- karena marah
Anjing menjulurkan lidah karena lapar, gambaran serupa ada pada manusia yang oleh karena urusan perut lalu menjual agamanya atau menghalalkan segala cara.
Anjing menjulurkan lidah karena menjilat, juga manusia tidak sedikit yang suka cari-cari muka dan menjadi penjilat demi kepentingannya sendiri, bahkan sampai mengorbankan orang lain.
Anjing menjulurkan lidah karena marah, memberikan gambaran bahwa terkadang manusia tidak dapat menahan emosinya terhadap orang lain atau dengan sesukanya dia memarahi orang lain padahal belum tentu orang lain salah.
b. Lebih tinggi duduk daripada berdiri.
contoh lebih besar suaranya dari padanya badannya artinya hanya pandai bicara tapi tak pandai berbuat.
Banyak orang yang hidup di dunia ini hanya pandai bicara tapi perbuatan tidak ada, selalu memerintah atau menyuruh tapi ia sendiri tidak pernah melaksanakan. Padahal Allah SWT. Berfirman : “Kaburo maqtan ‘indalloh ‘an taquluuna malaa taf’aluun.” artinya: “Allah sangat murka terhadap orang yang hanya pandai bicara tapi ia tidak mengerjakan”.
c. Rakus/tamak.
contoh kalau dia sudah butuh dia tidak akan pernah memperdulikan yang lain kendatipun itu ibunya sendiri.
Gambaran ini merupakan orang-orang yang sebenarnya telah dikaruniai nikmat oleh Allah SWT. dan didapatkan dengan cara yang baik dan halal, tetapi oleh karena ketamakan hasil curian pun masih dianggap nikmat, hasil korupsi dianggap rahmat. Orang yang hidup seperti ini sangat sulit untuk berubah oleh karena hipnotis kekilauan dunia ini membuatnya terpesona, kalau hartanya sedikit berkurang ia akan memutar otak untuk mendapatkan dari mana lagi. Beda halnya lagi dengan orang yang berkata “yang haram saja susah apalagi yang halal”. Bukankah Allah SWT. Dalam Al-Qur’an telah berfirman dalam surat Arrahman: “Fabiayyi ‘Alaa i robbikumaa tukazzibaan” yang artinya “nikmat mana lagi yang kamu dustakan?”. Dan bukankah kita di akhirat nanti akan diminta pertanggung jawaban tentang nikmat itu semua sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Attakatsur “Tsumma latusalunna yaumaizin ‘anin na’iim” yang artinya: “kemudian pada hari itu kamu akan ditanya tentang nikmat yang sudah diberikan.”
Di sisi lain kita lihat bagaimana kasih sayang Allah SWT. Terhadap manusia dengan dihalalkannya pernikahan dan mengharamkan perzinahan. Nau’zu billahissami’il ‘aliim minassyaithonirrojiim orang yang terbiasa melakukan perselingkuhan, mengkhianati pernikahannya. Yang lebih zhalim lagi ayah yang tidak tahu diuntung lalu menggarap dan memperkosa anak kandungnya sendiri.
d. Tidak amanah/khianat
contoh ketika tuannya memberikan kepercayaan untuk jaga rumah, setiap orang yang tidak dikenalnya anjing itu akan menggonggong. Tapi ketika maling masuk membawa sepotong tulang, anjing akan melupakan segalanya dan membiarkan maling menguras segala isi rumah tuannya.
Ketika sebelum menjabat teriaknya berantas korupsi…kembalikan aset negara…jangan biarkan para imprialis menjarah di negeri kita…, dsb. Tapi mengapa orang itu ketika sudah mendapatkan kedudukan itu, bahkan korupsinya, jarahannya lebih besar dan lebih dahsyat dari teriakannya.
Bukankah juga sama, bahwa orang yang sudah mengetahui bahwa yang diterimanya bukan hak yang seharusnya diterimanya, lalu pura-pura tidak tahu dan diam seribu bahasa menutupi perbuatan itu. Padahal Nabi Muhammad SAW telah bersabda: “Man roa minkum munkaron falyugoyyiru biyadihi fa inlam yastati’ fabilisanihi fainlam yastati’ fabiqolbihi wazalika ad’aful iman” yang artinya: “barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak sanggup, maka hendaklah dirubah dengan lisannya, jika tidak sanggup, maka hendaklah ia membencinya dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.”
Begitu pula dengan orang yang sudah kita anggap sebagai saudara, anak, dsb. yang telah kita cukupi kebutuhannya dan kita beri tempat tinggal di rumah kita menjadi orang kepercayaan yang seharusnya ikut menjaga rumah dan segala isinya (termasuk kehormatan keluarga), lalu dengan murahnya dia menjual harga dirinya, secara diam-diam mulai menguras isi rumah kita, memperkosa anak kita sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Kullukum ro’in wakullukum masulun ‘an ro’iyatihi”, artinya “tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tetang kepemimpinannya.”
e. Suka mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil.
contoh setelah dikasih makan yang halal oleh tuannya, tapi ketika dilepaskan dari ikatannya larinya ke tong sampah.
Anjing ketika diberi makan oleh tuannya diambil dari harta yang halal, tapi coba perhatikan ketika ikatan atau kandangnya dibuka, maka tempat pertama yang dicarinya adalah tong sampah, kemudian makanan sampah itu juga dimakannya.
Bukankah manusia banyak yang demikian, dirumah sudah makan yang baik lagi halal, tapi mengapa masih juga mengkonsumsi yang haram seperti minuman keras, narkoba, hasil curian, binatang yang diharamkan, dsb. ingatlah bahwa Allah SWT telah berfirman : “walaa talbisul haqqo bil bathil”artinya: “dan janganlah campur adukkan antara yang hak dengan yang bathil”. Wallohu a’lam. Fa’tabiruu yaa ulil absaar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar