Ibnu Abbas bukan cuma seorang yang 'alim dalam berbagai ilmu, tetapi juga tampan.. Namun, dia hanya ingin beristri seorang wanita shalihah.
Pada suatu hari, istrinya diajak bersilaturahmi ke semua kerabat, handai taulan, serta para sahabatnya. Tetapi, orang-orang, terutama kaum lelaki, selalu lebih melirik pada sang istri ketimbang Ibnu Abbas. Ibnu Abbas merasakan lirikan itu penuh nafsu dan gairah karena istrinya begitu cantik luar dalam, auranya memancarkan bahwa ia seorang wanita yang begitu diidam-idamkan kaum lelaki. Hal ini membuat pikiran jadi galau dan risau.
Akhirnya, Ibnu Abbas mengundang para rekan dan kerabatnya berkunjung ke rumahnya. Dia hanya menyediakan minum teh bersama makanan ringan seadanya tetapi sungguh beliau menyediakan para tamunya dengan beraneka macam gelas, mulai dari gelas plastik, melamin, kaca, marjan, dan berbagai ukuran mulai gelas yang pendek, sedang, panjang, lebar, dan sempit.
Lalu Ibnu Abbas mempersilakan para tamunya mencicipi hidangan teh itu.
“Wah, teh ini lezat,” bisik seorang tamunya.
“Tetapi, yang ini juga sama nikmatnya,” bisik tamu lainnya. Tamu yang telah menikmati teh itu tidak percaya, lalu mencoba gelas yang disarankan rekan-rekannya.
“Nah, rasanya sama ‘kan dengan teh yang tadi?” tanya seorang rekannya. Perbincangan para tamu berkutat pada teh yang mereka anggap nikmat buat diminum, namun satu rasa, manis semua.
Akhirnya, Ibnu Abbas berbicara, “Saudara-saudaraku semua, saya sengaja memberi hidangan teh ini dengan dengan beraneka ragam gelas, namun rasanya sama, manis semua. Begitu juga dengan istri-istri saudara. Meraka yang berkulit putih, coklat, kuning, dan hitam,walaupun berbeda warna, rasanya bisa saya pastikan sama semua.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar