Awal sedikit sedikit
Lama lama mengapa jadi menipis
Akhirnya malah habis
Dahulu tiga juz tereduksi menjadi dua juz, satu juz, setengah juz akhirnya hanya ingat jus..
jus alpukat..jus melon.. jus sirsak..
Dahulu shaum Daud..mengendur menjadi shaum senin kamis.. lalu mulai lupa ayyamul bidh..
tinggallah tak makan hanya pukul 9 malam hingga pukul 5 esok paginya..
Dahulu tahajud full version..lalu tak sempat dan yang penting paginya harus Shalat Duha..tak sempat juga? yang penting rawatib bisa terjaga lalu kuliah/kerja lalu praktikum/training-trainingl lalu capek lalu ...... lalu
akhirnya usahakan saja agar sholat “tepat pada waktunya”
Dahulu jilbab ini menutup lebar seluruh tubuh perlahan naik hingga ke siku.. lalu tak apalah cuman sampai bahu, yang penting tetap dengan kata-kata pamungkas “yang penting masih syar’i” perlahan kenapa tak sekalian saja dibuat melilit agar lebih menarik?
Dahulu rok menjadi pakaian wajib singkuh rasanya jika sempit membekap tubuh perlahan berubah model agar lebih gaya kenapa tak sekalian menggunakan celana panjang agar lebih bebas kemana-mana??
Dahulu murottal mengalun menemani setiap saat sembari berusaha menjaga hafalan ditemani penyemangat berupa bacaan shalawat-shalawat , lalu semakin banyak sholawat bersyair mendayu, akhirnya lagu-lagu populer terbaru menjadi playlist nomor satu
Dahulu enggan menghabiskan waktu sia-sia lalu mulai tergoda untuk cinta bola buat buat perempuan makin doyan saja sama drama
Dahulu mubah dihidari sekarang mubah senantiasa
Dahulu paling anti komunikasi tidak penting antar jender, lalu mulai memberi ruang dengan alasan tukar informasi, bergulir menjadi hubungan antara dua hati, pada akhirnya saling berkomitmen hanya dengan modal janji, keimanan ini sangat mudah untuk bisa menjadi tipis, dengan diri yang selalu mendapati hal baru setiap harinya mendapatkan informasi ini itu, berita disana sini, membuat jurang toleransi pada diri kadang semakin lebar
“Tak ada salahnya aku begini, kan mereka juga seperti itu”
Amalan-amalan itu semakin terkikis dengan rendah komitmen untuk tegas pada diri sendiri, tak apa melakukan yang mubah tetapi jangan kalah dengan yang mubah..
Teringat kisah para salafus salih, bahkan hanya ‘berani’ bermain aman’ di ranah halal dan sunah.. tak ‘berani’ menjejaki yang mubah, karena khawatir terbiasa dengan yang mubah dan bisa terseret ke satu tingkat di bawahnya.
Allahummahdina ila sawaaishiroth....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar