Kaum Muslimin jama’ah shalat ied yang berbahagia.
Pada pagi hari yang penuh berkah ini, Marilah kita agungkan asma-Nya, kita syukuri segala ni’mat-Nya, kita tegakkan agama-Nya, kita besarkan syi’ar-Nya dan kita pertahankan kesuciannya dengan segala pengorbanan yang dapat kita lakukan.
Ditengah-tengah umat manusia yang banyak melupakan Tuhannya dan ingkar terhadap ni’mat-Nya, Alhamdulillah, kita kaum muslimin masih mampu bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya. Semoga kita dimasukkan dalam golongan orang-orang yang dinyatakan dalam firmannya:
وقليل من عبادي الشكور (السباء :13)
Artinya: Sedikit sekali diantara hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.
Dan juga kita mohon kepada Allah SWT mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan maghfiroh-Nya kepada kaum muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji dan juga kepada kita yang hadir di musholla ‘ied ini, dan semoga kita masih akan bertemu lagi dengan Idul Adha di masa –masa mendatang. Amin ya Robbal alamain.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah
Hari raya yang kita peringati saat ini adalah salah satu diantara dua hari raya besar umat Islam. kedua hari raya itu memiliki kesamaan makna, yaitu hari kembalinya seseorang kepada semangat kesucian. Kalaulah pada Idul Fitri seseorang bisa kembali kepada kesucian setelah menjalani ritual ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh, maka Idul Adha membuka peluang pensucian jiwa, terutama bagi siapa saja yang menunaikan ibadah haji dan mendapat predikat haji mabrur. Karena - sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah SAW- “tiada balasan bagi haji yang mabrur kecuali surga. Dan dalam sabdanya yang lain, “siapa saja melaksanakan ibadah haji dengan tidak berbuat keji dan durhaka, maka ia kembali suci seperti baru dilahirkan ibunya.
عن ابى هريرة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى اله عليه وسلم : الحج المبرور ليس له جزاء الا الجنة (النسائى) عن ابى هريرة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى اله عليه وسلم من حج هذاالبيت فلم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته امه (رواه البخارى)
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Kedua hari raya –baik Idul Fitri maupun Idul Adha- yang selalu kita peringati, merupakan pengganti dua hari raya yang biasa dirayakan oleh umat jahiliyah, yaitu hari raya Nairuz dan hari raya Nahrajan. Kedua hari raya ini mereka rayakan dengan mengadakan pesta pora, nyanyian, dansa, dan lain sebagainya. dihidangkannya pelbagai makanan yang lezat, mulai dari kue-kue sampai minuman keras yang memabukkan, dan bisa ditebak, akhirnya pesta pora itu berujung dengan keributan, karena banyak yang mabuk dan lupa daratan.
Akhirnya Rasulullah SAW mengganti dua hari raya itu dengan cara yang sehat dan bermanfa’at, yaitu hari raya Idul Fitri yang dimulai dengan puasa ramadhan dan puncaknya dengan membayar zakat fitrah, dan hari raya Idul Adha yang dimulai dengan ritual ibadah haji dan puncaknya dengan membagikan daging qurban. Penetapan dua hari raya ini baru terjadi pada tahun kedua hijriyah, yaitu tahun diwajibkannya puasa Ramadhan.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Hari raya qurban yang diperingati oleh umat islam setiap tahun, ini terkait erat dengan pengalaman spiritual seorang tokoh sekaligus pemimpin umat manusia tiga zaman yaitu Nabi Ibrahim as. Hari raya qurban sebagai salah satu ritual Islam juga terkait dengan ibadah haji, yang dilaksanakan setelah wuquf di Arafah pada tanggal 9 Dzul Hijjah. Dinamai hari raya qurban karena setelah shalat iedul adha sampai tiga hari berikutnya, umat islam menyembelih hewan qurban dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin sekitarnya.
Dalam sejarahnya, manusia mengenal qurban sudah sangat lama, bahkan setua umur manusia di muka bumi ini, tepatnya pengorbanan yang dilakukan oleh Habil dan Qabil putra Adam as. pada masa Nabi Ibrahim dan kurun-kurun sebelumnya, manusia seringkali mengorbankan manusia yang lain sebagai kurban atau sesaji yang dipersembahkan kepada tuhan atau dewa yang mereka sembah, agar tidak murka dan tidak menurunkan bencana.
Ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim as tentang kurban ternyata memberikan jalan keluar yang dapat memuaskan semua pihak. Pengorbanan Ibrahim as ini tentunya bukan semakin melegalkan bentuk pengorbanan berupa manusia, karena setelah pisau dihujamkan di leher putranya Ismail, tiba-tiba seekor domba dijadikan penggantinya. Kejadian ini sekaligus memberi isyarat bahwa Allah SWT begitu sayang kepada manusia sehingga kurban berbentuk manusia tidak lagi diperkenankan.
Bagi umat Islam, Ibrahim as adalah manusia teladan, dalam hal ketaatannya pada Allah dan keteguhannya menegakkan ajaran tauhid (monoteisme). Tidak mengherankan bila institusi haji, kurban, dan khitan yang dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim as tetap dilestarikan dalam syariat islam.
Kissah tentang Nabi Ibrahim As ditampilkan al-Qur’an lebih dari 40 kali, walaupun tidak dilukiskan potret perjalanan kehidupannya mulai dari lahir sampai mati. Meski demikian, aspek yang lebih bermakna diperlihatkan al-Qur’an melalui kisah-kisah tersebut, yakni totalitas kepribadian Ibrahim as dalam upayanya menghancurkan segala bentuk kemusyrikan dan loyalitasnya yang luar biasa kepada Allah.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
رب هب لى من الصالحين
Ya Tuhanku! Anugrahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk golongan orang-orang shaleh.
Setelah sekian lama berdoa, barulah Allah mengabulkan doanya
فبشرناه بغلام حليم
Kami beri ia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Anak ini kemudian diberi nama Isma’il .
Setelah Ismail menginjak umur 13 tahun, mulailah Ismail menampakkan wajah yang rupawan, ganteng, dengan otak yang cerdas serta penampilan yang lincah dan terampil, Ismail mencintai ayahnya Ibrahim, dan Ibrahim pun mencintai putranya isma’il.
Pada saat keduanya saling cinta-mencintai, saling sayang-menyayangi, tiba-tiba turun perintah yang sangat hebat lewat mimpinya, yaitu perintah agar Ibrahim menyembelih putra yang sangat disayanginya itu, putra yang ditunggu –tunggu kehadirannya sekian lama.
Menurut satu riwayat yang shahih, Nabi Ibrahim as mengalami mimpi tiga malam berturut-turut, sebelum akhirnya memastikan mimpinya itu adalah wahyu dari Allah SWT yang harus dilaksanakan. Barangkali dari peristiwa mimpi Nabi Ibrahim inilah, dalam Islam dikenal puasa tarwiyah, puasa Arafah dan yaumun-nahar.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Coba bayangkan, ujian Allah terhadap Nabi Ibrahim AS yang begitu hebat, putra yang beliau dambakan sekian lamanya, setelah datang dan saling cinta–mencintai, tiba-tiba Allah perintahkan supaya disembelih. Coba bayangkan ! Seandainya ujian yang demikian berat ini diberikan kepada kita, barangkali kita sudah gagal menjadi orang yang beriman, kemungkinan kita lebih memilih tidak beriman daripada harus menyembelih putra yang sangat kita sayangi dan kita cintai.
Setelah keduanya sama-sama rela dan siap, maka dilaksanakanlah penyambelihan itu pada tanggal 10 Dzul Hijjah yang disebut yaumun nahar dan dibawalah Ismail ke mina. Pada saat Nabi Ibrahim mau melaksanakan perintah Allah dengan tanpa ragu-ragu, tiba-tiba iblis datang mengganggu agar Ibrahim mengurungkan niatnya, iblis berkata : wahai Ibrahim, apa engkau tidak melihat anakmu yang ganteng itu, otaknya cerdas, akhlaknya baik dan penampilannya yang lincah, apa engkau tidak mencintai anakmu? Dengan tegas Nabi Ibrahim menjawab : saya cinta anak saya Ismail, tetapi saya juga sangat cinta kepada Allah SWT dan Allah lebih saya cintai daripada Ismail. Demi perintah Allah yang lebih saya cintai, maka saya rela korbankan Ismail yang saya cintai. Saya cinta Ismail tetapi saya lebih cinta kepada Allah yang menciptakan Ismail. Oleh karenanya, saya rela mengorbankan yang saya cintai demi yang lebih saya cintai”. Tentu perintah ini merupakan ujian yang sangat berat baik bagi Nabi Ibrahim maupun putranya Isma’il . Tetapi karena keduanya mau menjalankannya dengan hati yang tulus dan ikhlas maka Allah segera mengganti isma’il dengan seekor kambing. Allah berfirman :
إن هذا لهو البلاء المبين , وفديناه بذبح عظيم
Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Sedang Nabi Ismail merupakan simbol atau lambang sesuatu yang paling kita cintai, sekaligus berpotensi menggoyahkan iman kita, simbol atau lambang sesuatu yang membuat kita enggan menerima tanggung jawab, simbol sesuatu yang berpotensi kita sombong, simbol sesuatu yang membuat kita ribut dan bermusuhan dengan tetangga atau sanak saudara. Simbol sesuatu yang bisa membuat kita berfikir subyektif, berpendirian egois dan lain-lain. ringkasnya, Nabi Ismail adalah simbol sesuatu yang berpotensi menyesatkan dan menyeng sarakan kita, sebagai simbol sesuatu yang berpotensi menyesatkan, boleh jadi Ismail itu, kini mengambil bentuk berupa kekayaan, rumah megah, mobil mewah, deposito, jabatan penting dan lain sebagainya. Kalau demikian halnya, siapkah kita merelakan “Ismail-Ismail” kita ini untuk dikorbankan demi tercapainya tujuan hidup yang mulia, yaitu mencapai ridha Allah ? Pendek kata,
jika kita sebagai suami, sudahkah kita meniru ketangguhan iman, loyalitas dan cinta Ibrahim kepada Allah SWT? beliau rela mengorbankan sesuatu yang paling dicintai semata-mata karena berharap ridha Allah SWT.
Jika kita sebagai istri, sudahkah kita meniru ketabahan dan ketaatan istri Nabi Ibrahim , mendukung dan merelakan sang suami melaksanakan perintah Allah dan mau menghargai jiwa besar putranya?
Jika kita sebagai anak, sudahkah kita memiliki idealisme yang kokoh seperti Nabi Ismail yang rela mengorbankan jiwa dan raganya menjadi korban untuk tujuan yang sangat mulia?
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Begitulah hebatnya pengorbanan Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail dan istrinya hajar yang harus kita teladani sebagai uswatun hasanah, karena suatu kemauan atau cita-cita tidak akan terwujud dan tidak akan menjadi kenyataan tanpa adanya pengorbanan. Negara kita merdeka karena pengorbanan, kita bisa sekolah dan mendapatkan kedudukan yang tinggi karena pengorbanan dan bahkan islam masih hidup di negara indonesia sampai sekarang, ini juga karena pengorbanan orang-orang sebelum kita. Tanpa pengorbanan orang-orang pendahulu kita, barang kali kita sudah menjadi korban. Tanpa adanya pengorban, mungkin kita saat ini tidak mengenal islam apa lagi memeluknya. Saya yakin hampir semua masjid dan madrasah di indonesia ini, semua tanahnya tidak dari hasil membeli akan tetapi merupakan waqaf atau pengorbanan para pendahulu kita yang sangat peduli terhadap perkembangan dan kejayaan islam. karena pengorbanan mereka itulah, alhamdulillah kita tidak menjadi korban, kita masih memeluk agama islam. dan kita masih beriman kepada Allah SWT. ini semua berkat adanya pengorbanan. Kalau para pendahulu kita sudah banyak berkorban untuk kita, lalu pengorbanan apakah yang sudah kita berikan demi generasi mendatang? Kalau orang-orang sebelum kita sudah banyak berkorban demi kejayaan islam, lalu pengorbanan apakah yang sudah kita berikan demi tegaknya kalimat
لااله الا الله محمد رسول الله
ياايها الذين آمنوا لا تلهكم اموالكم ولا اولادكم عن ذكرالله ومن يفعل ذلك فاولئك هم الخاسرون
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Akhirnya marilah kita memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga Allah SWT memperkenankannya.
Ya Allah! Terimalah segala ibadah kami, walau kami meyakini masih banyak kekurangan kami dalam mengagungkan bulan Dzul Hijjah ini.
Ya Allah! Berikanlah keberkahan rizki pada saudara-saudara kami yang melaksanakan ibadah kurban pada tahun ini, Jadikanlah Kurbannya sebagai penebus bagi dosa-dosa yang pernah dilakukan dan sebagai benteng yang memelihara mereka daripada berbuat maksiat kepada-Mu.
Ya Allah! Berikanlah kami panjang umur dan keluasan rizki juga saudara-saudara kami, sehingga kami di tahun mendatang dapat melaksanakan ibadah kurban.
Ya Allah! Terimalah ibadah idul adha kami, sampaikan umur kami, sehingga kami mengalami idul adha lagi dan Engkau tambahkan kekuatan dan kemauan kami untuk mengisinya dengan amaliah yang Engkau ridhoi.
Ya Allah! Kalaulah rahmat dan keberkahan Engkau berikan hanya untuk hamba-hamba-Mu yang ta’at, lalu kepada siapa kami yang berlumuran dosa ini berharap. Ya Allah ! kalau Engkau tidak melepaskan kami dari jeratan dosa, kesulitan hidup, kepada siapa kami minta tolong ya Allah!
Ya Allah! Ampuni dosa-dosa kami. ampuni dosa guru-guru kami, ampuni kesalahan dan dosa orang tua kami. ampuni mereka ya Allah ! bila mereka karena sangat sayang dan cintanya kepada kami, banyak melalaikan perintah-Mu. Ma’afkan mereka ya Allah! Bila dalam merawat dan membesarkan kami, mereka berusaha dari yang tidak halal yang tidak Engkau ridhoi.
Ya Allah! Segala pengorbanan yang telah kami lakukan, jadikan pahalanya untuk mereka. Dan segala kemaksiatan yang kami lakukan, jangan sampaikan keburukannya menimpa mereka ya Allah!
Ya Allah! Jadikan putra-putri kami anak yang shaleh dan shalehah, anak yang menegakkan hak-Mu dan hak kami sebagai orang tua, anak yang dibanggakan oleh Islam dan umat yang dibanggakan oleh rasulullah lebih dari sekedar bangga jadi ummat Muhammad .
Ya Allah! Kami keluar pagi-pagi dari rumah kami menuju rumah-Mu yang penuh berkah ini. Sementara Nabi-Mu memerintahkan agar setiap tamu harus dihormati dan diberikan jamuan, pada hari ied ini, di mesjid ini, kami menjadi tamu-Mu ya Allah, berikan surga sebagai jamuan kami.
Ya Allah! Engkau telah mudahkan saudara-saudara kami pada tahun ini untuk mendatangi tanah suci-Mu dan tanah haram Nabi-Mu, Engkau telah sampaikan mereka ke tempat-tempat yang mulia, maka dengan kebesaran Nabi Muhammad, berikan kami kemudahan sebagaimana mereka, sampaikan kami ke baitullah sebagaimana Engkau smpaikan mereka.
Ya Allah! Inilah doa yang kami panjatkan, terimalah doa kami ya Allah dengan kebesaran Rasulullah kebesaran para sholihin dan awlia yang ada di muka bumi ini. Wal-hamdu lillahi robbil alamiin.
إن أحسن الكلام ................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar