Minggu, 31 Juli 2011

GAGALKAH SEBAGAI MUSLIM

Sahabatku, dimanapun berada.
     “Kegagalan” selalu saja berawal dari ketidakmampuan, bersumber dari ketidaktahuan, berakar dari tidak mengerti betul dengan yang sedang diikhtiari. Kalaulah kegagalan itu dalam karir, usaha, bisnis atau upaya mencari keuntungan, maka kegagalan adalah kesuksesan yang  tertunda, modal utama meraih sukses dimasa depan.
     Adakah sama, bila ternyata kegagalan itu pada masalah yang tidak bisa disesali, tidak bisa ‘tuk dirancang ulang dan tidak ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Konkritnya “ GAGAL SEBAGAI SEORANG MUSLIM “.
Adakah kesempatan untuk menyempurnakan keislaman ? jawabnya ada, sepanjang hayat masih dikandung badan.
     Kegagalan sebagai Muslim lantaran ketidakmengertian sebagai hamba Allah, tidak tahu kewajibannya, tidak tahu kalau dirinya tidak tahu, tidak tahu siapa yang menciptakannya, tidak tahu siapa yang harus disembahnya dan tidak tahu kemana akan kembalinya.
     Kalaulah beribadah tak lain hanya karena terjebak tradisi Orang Tua dan keturunan.  Kalaulah sholat tak bukan hanya karena ikatan moral muslim secara formal, sementara substansinya tidak diketahuinya. Dan kalaulah berTuhan, hanya tahu Allah (( الله  sebatas gabungan kata dari huruf alif, lam, lam dan Ha. Siapa Tuhan yang sebenarnya ? kalaulah gagal di dunia, mungkinkah ada kesempatan walau sedetik untuk kembali ke dunia lagi, lalu memperbaiki kekurangan ? jawabnya, tidak.

Sahabatku, dimanapun berada
    Berapa banyak orang yang sudah tua menyesali diri, ketika mengenang kembali masa-masa mudanya. Berapa banyak orang yang sakit menyesali keadaannya di waktu sehat.Padahal itu tidak perlu, karena yang penting diperhatikan adalah hari ini yang sedang kita jalani, sebelum datang esok. Sebab hari ini mau tak mau akan menjadi bagian masa lalu.
    Sekaranglah untuk menyadari dan mengejar ketertinggalan. Sekaranglah kita harus mengenal  siapa tuhan yang patut disembah dengan sebenar–benarnya dan apa kewajiban seorang muslim ?
    Kehancuran umat-umat terdahulu tak lain karena digerogoti ambisi duniawi yang tanpa batas. Terobsesi oleh harapan-harapan yang tak bernilai dihadapan Mahkamah Robbul Jalil kelak. Terlena oleh dorongan sejuta pujian, keberhasilan serta prestise. Padahal hanya Allah yang pantas dipuji. Mengapa kita merebut dari genggamanNya. mungkin karena belum mengenalinya.

Sahabatku Yang Budiman.
    Bila telaah diatas diserap dengan nurani yang mendalam, dengan  menundukan jiwa dan raga, menekan habis perasaan sebagai orang yang pandai, ditambah lagi kesadaran bahwa diri ini  tahu bahwa belum tahu, maka patut kita semua untuk mencari “SERULING” (SERUan Rohani LINGkungan)”.Bukankah di setiap lingkungan kita banyak Majelis yang membina Cara Mengenal Tuhan yang sebenarnya (Teologi),Hukum dan cara beribadah secara Islami (Fiqh ) dan Keluhuran akhlak Islam ( Sufistik ) .

Sahabatku, dimanapun berada

     Sebagaimana badan kita merasa lapar bila tak diberi makan, begitu juga jiwa kita akan merasa lapar bila tidak mengkonsumsi nutrisi-nutrisi Islami. Sebagaimana pohon akan layu bila tidak disiram air, begitu juga jiwa kita akan terasa gersang bila tidak disiram dengan siraman rohani. Sekian
والله أعلم 

Tidak ada komentar: