Sahabat yang baik, empati adalah kemampuan untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Empati juga termasuk upaya untuk mengelola hati yang di dalamnya tertanam kepekaan dan kepedulian. Rasulullah telah memberikan keteladanan tentang pentingnya berjiwa empati.
Dalam sabdanya Rasulullah mengupamakan kaum muslimin ibarat anggota badan. Jika salah satu anggota badan sakit, yang lain akan merasakannya. Beliaupun dengan tegas menyatakan bahwa bukan termasuk kaumnya bagi seseorang yang tidak peduli terhadap sesamanya.
Cara sederhana untuk berjiwa empati seperti yang dicontohkan Rasulullah, yaitu dengan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Seseorang yang berjiwa empati akan lebih peka dan peduli. Bukti kepeduliannya diinterprestasikan dengan amal nyata dan itu akan terlahir dari seseorang yang hatinya bersih. Efek empati membuat seseorang lebih ringan melakukan kebaikan. Ketika melihat saudaranya ditimpa musibah maka segera mengulurkan tangannya tanpa harus ada perintah. Selain itu, berusaha memposisikan diri, andai kita sendiri yang tertimpa musibah apa yang diharapkan dari saudara-saudara yang lain? Tentunya bukan hanya kepedulian. Seperti yang dialami saudara kita di Palestina, yang diperlukan bukan hanya penyelamatan warga tetapi pembangunan kembali Negeri Palestina secara keseluruhan.
Saudaraku, marilah kita belajar untuk berempati. Jangan mengulur-ngulur waktu untuk memberikan bantuan kepada saudara kita karena tidak ada istilah pengeluaran berkorban, yang ada adalah tabungan yang akan kembali pada penabungnnya. Untuk melatih berjiwa empati, upayakanlah untuk terus memupuk diri dengan kepekaan dan kepedulian terhadap hal-hal yang kecil. Begitu ada ladang amal maka segera tunaikan. Mudah-mudahan dengan selalu melatih kepekaan dan kepedulian kita tetap dalam kebaikan bagi diri dan orang lain. Dan, mudah-mudahan apa yang telah kita lakukan dicatat sebagai bukti penghambaan kepada Allah SWT. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar