Sejarah kehidupan Rasulullah SAW dengan istri-istrinya merupakan teladan bagi setiap muslim dan muslimah.
Terhadap teladan ini kita berkewajiban mengambil hikmah dan pelajaran dan menjadikannya pelita untuk menerangi setiap sudut kehidupan.
Namun demikian,dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW yang ideal itu ternyata juga tak luput dari selisih paham. Ini artinya bahwa Rasulullah SAW adalah manusia dengan segala kekurangannya, juga istri-istrinya.
Wajar bila dalam kehidupan mereka sering didera permasalahan dan terjadi selisih pendapat seperti halnya yang terjadi dalam kehidupan anak Adam lainnya.
Sebagai gambaran, Rasulullah Muhammad SAW manusia yang paling dicintai Allah pernah berkata kepada Aisyah r.a, istri yang paling dicintainya
“Sungguh aku tahu kapan engkau rela dan kapan engkau marah kepadaku” Aisyah bertanya
“Darimana engkau tahu?” Rasulullah SAW menjawab “Bila engkau rela, maka engkau akan mengatakan: Tidak demi Rabb Muhammad, dan ketika engkau marah, engkau mengatakan `Tidak, demi Rabb Ibrahim” Aisyah pun berkata “Benar, Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak menghindar kecuali menyebut namamu saja” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ini artinya bahwa Aisyah r.a menghindar untuk menyebut nama Rasulullah SAW hanya ketika marah saja, namun sebenarnya hatinya tetap mencintainya.
Dari hadits di atas,dapat kita simpulkan bahwa perselisihan suami istri terjadi pula di dalam rumah tangga Nabi SAW sehingga salah satu diantara mereka marah atau keduanya. Tapi itu kemarahan yang hanya sementara yang kemudian hilang, tidak berlanjut hingga saling membenci dan bertengkar seperti sering kita saksikan pada saat ini.
Rasulullah SAW selalu memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan seperti
“Ya Aisy”, “Ya Uwaisy” atau “Ya Humaira” untuk membuat hatinya tersanjung.
Dilain hari pernah terjadi pertengkaran antara Nabi SAW dengan istri-istrinya r.a dalam hal nafkah.
Istri-istri Rasulullah meminta tambahan nafkah dan kesenangan lainnya, tapi Nabi tidak memilikinya,
padahal Beliau SAW selalu memberikan apa saja yang dimilikinya.
Diriwayatkan dari Jabir r.a ia berkata “Suatu hari Abu Bakar r.a datang ke rumah Nabi SAW dan mendapati para sahabat sedang duduk di depan rumah Nabi. Tak seorang pun diizinkan masuk.
Rasulullah SAW mengizinkan Abu Bakar masuk. Kemudian datang Umar bin Khattab dan minta izin masuk. Rasulullah SAW mengizinkannya. Mereka mendapati Nabi SAW sedang duduk dan istri-istrinya di sekelilingnya. Rasulullah SAW diam membisu. Kemudian Umar berkata
“Sungguh aku akan menceritakan sesuatu yang akan membuat Nabi tersenyum. Sungguh aku akan mengatakannya agar beliau tertawa, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang puteri si Zaid itu(istri Umar bin Khattab r.a sendiri) yang baru saja merengek minta nafkah kepadaku. Karena jengkel aku cekik saja lehernya”
Nabi pun tersenyum hingga tampak gerahamnya dan berkata
“Kau lihat sendiri mereka istri-istriku yang ada di sekelilingku juga minta tambahan nafkah kepadaku”. Kemudian Abu Bakar r.a berdiri dan berjalan kearah Aisyah lalu mencekiknya.
Demikian juga Umar berdiri dan berjalan kearah Hafshah lalu mencekiknya. Keduanya mengatakan
“Apakah kalian tega merengek meminta kepada Rasulullah SAW apa yang tidak beliau miliki”.
Kemudian Rasulullah SAW menjauh dari istri-istrinya selama satu bulan atau dua puluh sembilan hari hingga turunlah ayat
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, `Jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya aku berikan kepada kalian mut`ah dan aku ceraikan kalian dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki kerelaan Allah dan RasulNya serta kesenangan akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantara kalian pahala yang besar”
(QS Al Ahzab ayat 28-29)
Masih dari Jabir r.a ia berkata
“Pertama-tama Rasulullah menyapa Aisyah r.a
`Wahai Aisyah akan aku tunjukkan kepadamu satu hal, tapi aku tidak ingin engkau tergesa-gesa memutuskannya hingga engkau membicarakannya terlebih dahulu dengan orang tuamu`
“Apa gerangan wahai Rasulullah?” Tanya Aisyah.
Kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat diatas.
Dan Aisyah pun balik bertanya
“Apakah dalam masalah ini aku harus membicarakannya terlebih dahulu kepada orangtuaku wahai Rasulullah?
Aku pasti lebih memilih Allah,RasulNya dan kehidupan akhirat,
dan aku memintamu agar tidak memberitahukan apa yang aku katakan ini kepada istri-istrimu yang lain”
Rasulullah SAW berkata
“Jika mereka bertanya maka aku akan mengatakannya. Karena Allah tidak mengutusku untuk membuat kesusahan dan mencari kesalahan, tetapi mengutusku sebagai pengajar yang memberikan kemudahan” (HR Muslim).
Terhadap teladan ini kita berkewajiban mengambil hikmah dan pelajaran dan menjadikannya pelita untuk menerangi setiap sudut kehidupan.
Namun demikian,dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW yang ideal itu ternyata juga tak luput dari selisih paham. Ini artinya bahwa Rasulullah SAW adalah manusia dengan segala kekurangannya, juga istri-istrinya.
Wajar bila dalam kehidupan mereka sering didera permasalahan dan terjadi selisih pendapat seperti halnya yang terjadi dalam kehidupan anak Adam lainnya.
Sebagai gambaran, Rasulullah Muhammad SAW manusia yang paling dicintai Allah pernah berkata kepada Aisyah r.a, istri yang paling dicintainya
“Sungguh aku tahu kapan engkau rela dan kapan engkau marah kepadaku” Aisyah bertanya
“Darimana engkau tahu?” Rasulullah SAW menjawab “Bila engkau rela, maka engkau akan mengatakan: Tidak demi Rabb Muhammad, dan ketika engkau marah, engkau mengatakan `Tidak, demi Rabb Ibrahim” Aisyah pun berkata “Benar, Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak menghindar kecuali menyebut namamu saja” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ini artinya bahwa Aisyah r.a menghindar untuk menyebut nama Rasulullah SAW hanya ketika marah saja, namun sebenarnya hatinya tetap mencintainya.
Dari hadits di atas,dapat kita simpulkan bahwa perselisihan suami istri terjadi pula di dalam rumah tangga Nabi SAW sehingga salah satu diantara mereka marah atau keduanya. Tapi itu kemarahan yang hanya sementara yang kemudian hilang, tidak berlanjut hingga saling membenci dan bertengkar seperti sering kita saksikan pada saat ini.
Rasulullah SAW selalu memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan seperti
“Ya Aisy”, “Ya Uwaisy” atau “Ya Humaira” untuk membuat hatinya tersanjung.
Dilain hari pernah terjadi pertengkaran antara Nabi SAW dengan istri-istrinya r.a dalam hal nafkah.
Istri-istri Rasulullah meminta tambahan nafkah dan kesenangan lainnya, tapi Nabi tidak memilikinya,
padahal Beliau SAW selalu memberikan apa saja yang dimilikinya.
Diriwayatkan dari Jabir r.a ia berkata “Suatu hari Abu Bakar r.a datang ke rumah Nabi SAW dan mendapati para sahabat sedang duduk di depan rumah Nabi. Tak seorang pun diizinkan masuk.
Rasulullah SAW mengizinkan Abu Bakar masuk. Kemudian datang Umar bin Khattab dan minta izin masuk. Rasulullah SAW mengizinkannya. Mereka mendapati Nabi SAW sedang duduk dan istri-istrinya di sekelilingnya. Rasulullah SAW diam membisu. Kemudian Umar berkata
“Sungguh aku akan menceritakan sesuatu yang akan membuat Nabi tersenyum. Sungguh aku akan mengatakannya agar beliau tertawa, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang puteri si Zaid itu(istri Umar bin Khattab r.a sendiri) yang baru saja merengek minta nafkah kepadaku. Karena jengkel aku cekik saja lehernya”
Nabi pun tersenyum hingga tampak gerahamnya dan berkata
“Kau lihat sendiri mereka istri-istriku yang ada di sekelilingku juga minta tambahan nafkah kepadaku”. Kemudian Abu Bakar r.a berdiri dan berjalan kearah Aisyah lalu mencekiknya.
Demikian juga Umar berdiri dan berjalan kearah Hafshah lalu mencekiknya. Keduanya mengatakan
“Apakah kalian tega merengek meminta kepada Rasulullah SAW apa yang tidak beliau miliki”.
Kemudian Rasulullah SAW menjauh dari istri-istrinya selama satu bulan atau dua puluh sembilan hari hingga turunlah ayat
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, `Jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya aku berikan kepada kalian mut`ah dan aku ceraikan kalian dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki kerelaan Allah dan RasulNya serta kesenangan akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantara kalian pahala yang besar”
(QS Al Ahzab ayat 28-29)
Masih dari Jabir r.a ia berkata
“Pertama-tama Rasulullah menyapa Aisyah r.a
`Wahai Aisyah akan aku tunjukkan kepadamu satu hal, tapi aku tidak ingin engkau tergesa-gesa memutuskannya hingga engkau membicarakannya terlebih dahulu dengan orang tuamu`
“Apa gerangan wahai Rasulullah?” Tanya Aisyah.
Kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat diatas.
Dan Aisyah pun balik bertanya
“Apakah dalam masalah ini aku harus membicarakannya terlebih dahulu kepada orangtuaku wahai Rasulullah?
Aku pasti lebih memilih Allah,RasulNya dan kehidupan akhirat,
dan aku memintamu agar tidak memberitahukan apa yang aku katakan ini kepada istri-istrimu yang lain”
Rasulullah SAW berkata
“Jika mereka bertanya maka aku akan mengatakannya. Karena Allah tidak mengutusku untuk membuat kesusahan dan mencari kesalahan, tetapi mengutusku sebagai pengajar yang memberikan kemudahan” (HR Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar