DIALOG antara uang Rp1.000 dan Rp100.000.
Uang Rp1.000 dan Rp100.000 sama2 terbuat dari kertas, sama2 dicetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia.
Pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat.
Empat bulan kemudian, mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda.
Kemudian di antara kedua uang tersebut terjadilah percakapan,
Rp100.000 bertanya kepada yang Rp1.000, "kenapa badan kamu begitu lusuh, kotor dan bau amis?"
dijawablah olehnya, "karena aku begitu keluar dari Bank langsung di tangan orang2 bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan di tangan pengemis."
Lalu Rp1.000 bertanya balik pada Rp100.000, "kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?"
dijawabnya, "karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnya pun di restauran mahal, di mall dan juga hotel2 berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet." Bahkan bentar lagi aku telah dipersiapkan untuk keperluan menyambut TAON BARU 2012 M
Lalu Rp1.000 bertanya lagi, "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah?"
dijawablah, "belum pernah."
Rp1.000 pun berkata lagi, "Ketahuilah walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap Jum'at aku selalu mampir di Mesjid2, di majelis-majelis ta'lim dan di tangan anak2 yatim,
bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang manusia bukan sebuah nilai tapi yang dipandang adalah sebuah manfaat."
akhirnya menangislah uang Rp100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini.
Jadi, bukan seberapa besar penghasilan Anda, tapi seberapa bermanfaat penghasilan Anda, bukan seberapa banyak pendapatan anda, namun seberapa bermanfaatkah pendapatan anda....karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Mengapa pelit untuk berbagi, bukankah segala yang ada adalah Pemberian dari Dzat Yang Maha Memberi...
Semoga kita termsuk golongan orang2 yang selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong...."
Uang Rp1.000 dan Rp100.000 sama2 terbuat dari kertas, sama2 dicetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia.
Pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat.
Empat bulan kemudian, mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda.
Kemudian di antara kedua uang tersebut terjadilah percakapan,
Rp100.000 bertanya kepada yang Rp1.000, "kenapa badan kamu begitu lusuh, kotor dan bau amis?"
dijawablah olehnya, "karena aku begitu keluar dari Bank langsung di tangan orang2 bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan di tangan pengemis."
Lalu Rp1.000 bertanya balik pada Rp100.000, "kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?"
dijawabnya, "karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnya pun di restauran mahal, di mall dan juga hotel2 berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet." Bahkan bentar lagi aku telah dipersiapkan untuk keperluan menyambut TAON BARU 2012 M
Lalu Rp1.000 bertanya lagi, "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah?"
dijawablah, "belum pernah."
Rp1.000 pun berkata lagi, "Ketahuilah walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap Jum'at aku selalu mampir di Mesjid2, di majelis-majelis ta'lim dan di tangan anak2 yatim,
bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang manusia bukan sebuah nilai tapi yang dipandang adalah sebuah manfaat."
akhirnya menangislah uang Rp100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini.
Jadi, bukan seberapa besar penghasilan Anda, tapi seberapa bermanfaat penghasilan Anda, bukan seberapa banyak pendapatan anda, namun seberapa bermanfaatkah pendapatan anda....karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Mengapa pelit untuk berbagi, bukankah segala yang ada adalah Pemberian dari Dzat Yang Maha Memberi...
Semoga kita termsuk golongan orang2 yang selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong...."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar