Disaat orang-orang yang sedang mendengarkan khutbah Nabi Isa u terdapat tiga orang pria kumel dan dekil, sertamerta dengan lancang berkata “Bagi kami hai putra Maryam surga di akhirat sana tidak penting, hidup kami bisa tentram dan bahagia tanpa agama, kalau banyak harta kami pasti akan hidup senang!”
“Harta tidak bisa menjamin ketentraman hidup saudara-saudaraku” sahut Nabi Isa u.
“Omong kosong macam apa itu? Hartalah yang membuat hidup gemilang dan semarak”
“Jika demikian pendapat-pendapat saudara, baiklah, nanti kalian bertiga temui saya. Kita akan bicara, barang kali ada rejeki buat saudara-saudara” ucap Isau.
Karena mereka tahu anak Maryam tidak pernah berdusta, dengan suasana gembira mereka mendatangi Nabi Isa u.
Nabi Isa u akhirnya memberikan sebuah peta tempat harta karun, letaknya di puncak sebuah bukit yang terjal dalam sebuah goa tersembunyi.
Dengan hayalan yang melambung tinggi berangkatlah mereka membawa peralatan yang dibutuhkan.
Setelah mereka mendapatkan peti-peti yang berisi emas dari gua tersebut, mereka kemudian berunding bagaimana cara membawa pulang peti-peti emas itu supaya tidak tercium oleh orang lain.
Mereka sepakat membawa kesebuah bukit yang terpencil. Setelah sampai mereka siap membagi-bagi emas tersebut namun salah seorang mereka mengatakan “perutku lapar, tapi kalau harta itu kita bagi sekarang terpaksa kita singgah di warung makan, dan ini tentu sangat berbahaya”.
Setelah mencapai kata sepakat akhirnya salah seorang dari mereka berangkat menuju warung makan di perkampungan. Karena perutnya sudah lapar ia makan di warung tersebut dan minta dua porsi lagi untuk dibungkus. Pada saat si pelayan warung membungkus pesanannya, terlintas dipikirannya “seandainya makanan itu ku bubuhi racun, niscaya harta itu menjadi milikiku semua”. Akhirnya niatnya bulat dan makanan itu dibubuhi racun.
Sementara itu kedua orang lainnya yang menunggui harta mempunyai rencana untuk melenyapkan temannya yang berangkat membelikan Nasi, mereka berkata “Jika dia masih segar bugar terpaksa harta ini dibagi tiga, satu-satunya cara agar dibagi dua kita harus lenyapkan dia” Caranya ? “Kita gebuk dia dengan linggis ketika dia telah sampai, masa sih tidak mampus “.
Dari kejauhan keduanya melihat temannya dengan membawa kantung makanan akan tiba , kemudian keduanya cepat-cepat bersembunyi dibalik semak-belukar. Pada saat temannya sampai, tanpa ampun lagi mereka langsung memukul kepala temannya hingga tewas.
Dengan gembira mereka membuang mayat itu ke sebuah sumur tua. Lalu dengan suka cita mereka melahap dua bungkus makanan yang dibeli oleh temannya tadi. Baru saja beberapa suap, mereka merasakan perutnya sakit, napasnya menjadi sesak dan busa berbuih-buih mengalir dari mulutnya.
Akhirnya kedua orang itu mati menyusul temannya yang mereka bunuh. (Thowiel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar