ANAK-ANAKKU! … Yang berlalu sudah amat banyak. Umur yang tersisa tinggal sedikit saja. Sewaktu-waktu aku akan kembali. Ini memberi arti perpisahan sudah dekat sekali. Kapan-kapan saja bisa terjadi. Oleh karena itu, alangkah baiknya ayah memberi wasiat.... Bukan harta, tidak juga uang rupiah. Tapi nasehat untukmu anak-anakku…
Anak-anakku, ingatlah selalu akan kematian, ia akan melembutkan hati. Memendekkan angan-angan. Tidak memandang besar dengan dunia, memandang besar dengan dosa.
Duhai belahan jiwaku! Jauhilah sifat sombong. Karena ia dosa besar setelah syirik dan durhaka dengan dua ibu bapak. Tanda-tandanya dapat dilihat oleh mata hati. Bukan mata kepala. Diantaranya: Tidak terasa dirinya hamba yang hina, tidak melihat dosa sendiri, memandang besar dosa orang lain. Pantang ditegur, hatinya sakit. Tidak senang dengan kelebihan orang lain. Dengkipun datang, hatipun sakit. Keluh-kesah dengan ujian seperti miskin, dihina orang dan lain-lain. Bangga dan lupa dengan kesenangan. Dendam dengan orang. Mudah tersinggung dan marah. Di depan dia menyepak. Di belakang dia menanduk. Lupa dengan mati. Tidak risau dengan dosa….
Anak-anakku yang tersayang! Jagalah harga diri, dengan tidak meminta-minta. Jauhilah berhutang agar diri tidak terhina dan jiwa tidak derita sengsara. Dan jangan keluh-kesah dengan kesusahan, ia menghilangkan cahaya muka dan terkuburnya wibawa. Dan,…yang paling ditakuti, ia membawa jahat sangka dengan Tuhannya….
Anak-anakku yang tercinta! Jagalah harga diri keluarga. Lebih-lebih ibu bapak. Menghina mereka artinya menghina diri sendiri. Memalukan mereka berarti memalukan diri sendiri. Menghina ibu bapak di dunia saja jiwa akan menderita. Ke mana saja pergi hidup akan sengsara. Betapalah di Akhirat sana. Karena dosa yang paling besar setelah syirik ialah durhaka dengan kedua ibu bapaknya.
Anak-anakku yang tersayang! Jagalah sholat lima waktu, Betulkanlah selalu. Di Akhirat nanti, sholatlah yang akan diperiksa lebih dahulu. Bila sholat tertolak, kebaikan yang lain, walaupun menggunung tidak ada nilai lagi….
Terakhir, duhai anak-anakku.... Janganlah engkau kelak, menjual nisan ayahmu.... Hendaknya engkau menjadi "JUMLAH ISMIYAH", lebih dari sekedar "JUMLAH IDHOFIYYAH". Jadilah engkau anak yang dibanggakan orang tua, bukan anak yang membangga-banggakan orang tua.... Hidupkanlah ayahmu ini dengan amal shalehmu.... agar ayah kelak tidak dicerca dihadapan Mahkamah Robbul Jalil....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar