Doa Nabi ketika pulang dari Tha'if, sampai akhirnya tidak berapa lama lagi, beliau di Isra Mi'rajkan oleh Allah SWT
اللهم إليك أشكو ضعف قوتى ، وقلة حيلتي ، وهواني على الناس
ياأرحم الراحمين ، أنت رب المستضعفين ، وأنت ربى
إلى من تكلني ؟ إلى بعيد يتجهمني أو إلى عدو ملكته أمري ؟
إن لم يكن بك علي غضب فلا أبالي ، ولكن عافيتك أوسع لي
أعوذ بنور وجهك الذي أشرقت له الظلمات ، وصلح عليه أمر الدنيا والاخرة ، من أن ينزل بي غضبك أوتحل علي سخطك
لك العتبى حتى ترضى ، ولاحول ولا قوة إلا بك
KEHEBATAN DIBALIK DOA THA'IF
Doa Nabi yang diriwayatkan oleh Imam At Thabrani ini bermula dari kepasrahan, sebab lafadzh ilayka (hanya kepada-Mu) ditempatkan sebelum maksud doa, yaitu asyku (aku mengadu), sebab jika dimulai dengan Allahumma Asyku Ilaika (Ya Allah aku mengadu pada-Mu) bisa jadi pengaduan itu dilakukan juga pada selain Allah.
Tapi karena diungkapkan Allahumma Ilaika Asyku, maknanya Yaa Allah, hanya kepada-Mu saja aku mengadu, aku mengeluh tidak kepada selainMu.
Setidaknya, Rasulullah SAW pertama mengadukan tiga perkara kepada Allah, kelemahan fisik (dha’fa quwwati), sedikit upaya (qillata hiilatiy), dan kelemahan izzah (wahawaaniy ‘alannaas).
Apa yang Rasulullah adukan kepada Allah -jika menggunakan mafhum mukhalafah- (analisa terbalik), sejatinya adalah komponen keberhasilan. Komponen itu adalah kekuatan fisik, upaya yang optimal, dan izzah (kemuliaan). Dengan menggabungkan tiga kekuatan ini (fisik, upaya, dan mental) apa yang ingin dicapai manusia akan berhasil di atas perhitungan manusia.
Namun Rasulullah SAW tidak berhenti di tiga komponen itu! Belaiu melanjutkan :
Ya Arhamar Raahimiin…….. (Wahai Tuhan Yang maha Penyayang, Engkau Pelindung mereka yang tertindas, Engkaulah Tuhan Yang Mengaturku).
Meyakini Allah sebagai Pengasih, Penyayang, Pembela orang yang tertindas, sebagai Rabb (Pengatur dan Pengurus) sekaligus berarti harus meyakini apa yang Ia tetapkan -baik buruknya menurut kita, adalah tetap baik bagi kita menurut Allah, sebab Dia-lah Dzat yang Maha Rahim, menentukan segala sesuatu karena kasih sayang-Nya, meski keputusannya ‘terasa pahit’ dan tidak sesuai dengan skenario bodoh yang kita pikirkan.
Ungkapan Anta Rabbi (Engkaulah Tuhan Yang Mengaturku) memberi isyarat bahwa meski tiga komponen keberhasilan (fisik, upaya, dan mental) sudah terkumpul, belum tentu apa yang akal kita fikirkan tentang definisi keberhasilan sebuah tujuan otomatis akan berbuah hasil yang memukau. Sebab jika Allah SWT dengan ke Maha Rahman-an-Nya mengatur (rabba-yurabbi) dan menentukan hal lain yang lebih baik, maka Allah SWT akan menentukannnya.
Oleh sebab itu, di ujung doa ini, Rasulullah bertanya tentang sesuatu yang tidak perlu dicari jawabannya (istifham al-inkari). ilaa Man Takiluni? (Kepada siapa lagi Engkau hendak serahkan aku?) Kita tidak perlu memberikan jawaban terhadap pertanyaan Rasulullah, sebab jawabannya lebih dari sekedar ma’lum (sudah diketahui), bahkan jawaban yang Rasulullah ketahui jauh lebih baik dari itu.
Apa yang Rasulullah SAW adukan jauh dari kepentingan pribadi (vested interest). Sejatinya apa yang Rasulullah inginkan adalah kemaslahatan hajat orang banyak, bahkan hajat umat manusia hingga kini.
Doa ketika hijrahnya ke Thaif ini adalah tonggak kedua hijrah Islam setelah hijrah pertamanya ke Habsyah. Dari Thaif inilah, cahaya terang benderang panji Islam berlanjut hingga ke kota beradab, Madinah Al-Munawwarah.
Tidak berapa lama lagi kemudian terjadilah peristiwa Isra Mi'raj
Doa inilah yang kemudian menjadi jawaban, penutup ayat dari Surat Al Isro ayat 1 yang kadang suka dipertanyakan oleh sebagian orang tentang korelasi awal ayat dan akhirnya.
Demikian, Wallaahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar