Minggu, 29 September 2013

Bab Bakhil (Kitab Hidayatus Salikin)

Berikut secarik catatan kecil dari Majlis Ta'lim. - Minggu ke.3
Asuhan : KH. Muhammad Fakhruddin bin Sufyan Al Bantani, SHi.
Mursyid Mahad Aly Al Arbain. Jakarta

Bab Bakhil
(Pelit atau Kikir atau amat sangat cinta harta benda).
Pasal yang ke Lima dalam menyatakan macam-macam Maksiat Batin.
Maksiat Batin ialah dosa yg timbul akibat perbuatan batin. ia dosa yg tdk terlihat, namun hanya dapat tertangkap tanda2nya.

Bakhil atau kikir, atau pelit adalah penyakit no.5 yg tidak boleh ada dalam diri seorang muslim. Sebab pelit adalah penyakit batin yg berbahaya lagi membinasakan. Pelit ini timbul karena dirinya menganggap harta benda yg ada padanya, ia dapatkan karena semata-mata atas upaya dan jerih payahnya sendiri, bukan karena kemurahan dan kasih sayangnya Allah SWT. Karena semuanyan semata dari ia, maka yg demikian membuat ia berat mengeluarkannya.

Pemaparan...
Dalam Pasal yang ke lima ini akan diterangkan mengenai bahaya pelit dan bahaya amat sangat cinta pada harta benda.

Ketika ditanya seorang Tabi'in besar yakni Imam Abu Hasyim; "Mad dunia" Apasih harta benda itu...?!, Beliau berkata;"sebetulnya harta benda itu tidaklah ada nilainya, karena yg namanya harta benda itu, bila telah kita miliki, ia laksana mimpi, yang belum dimiliki, laksana khayalan. Itulah Dunia, ia indah disaat belum dimiliki saja, namun bila telah dimiliki, ia akan terasa biasa2 saja, tidak istimewa.

Amat sangat cinta pada harta benda itu identik dengan pelit, pelit itu diantara gara2 amat sangat cinta akan harta benda. maka...
Pelit itu termasuk sifat, karakter, atau tabiat yg amat sangat dicela oleh Agama. Pelit pula hal yg teramat besar membuat orang2 celaka dan binasa kelak nanti di akhirat.
Karena amat tercelanya pelit itu, maka surgapun di haramkan bagi mereka. Sebagaimana tertulis amat sangat besar pada pintu surga itu, yakni "Anna haromun likulli bakhil" Aku itu haram bagi orang yg pelit. Atau dalam bahasa kita, Orang pelit dilarang masuk.

Pelit merupakan Penyakit batin pada harta benda, ia laksana orang yg gemar makan namun tidak ingin buang hajat besar. Maka tentulah yg demikian itu adalah Penyakit, dan Penyakit harus diobati, dan musti di buang jauh2 dari diri. Sebab kelak Penyakit itu akan membawa pada celaka diri.

Oleh sebab itu, Agama menasehati kita agar orang susah mau belajar menjadi dermawan dikala ia masih susah, supaya kelak bila kaya ia telah menjadi pandai dalam dermawan. Namun jika ia menunggu kaya, atau belum ingin belajar dermawan di saat susah. Maka kelak setelah ia kaya, ia akan sulit menjadi dermawan, sebab ia baru akan belajar, ...belajar,....belajar, dan tentulah jadi lama ia baru pandai menjadi dermawan.

Mari perbanyaklah niat dan upaya untuk menjadi dermawan, dimulai dari saat ini, dari apa2 yg kita mampu, salah satunya adalah berqurban.
Ingatlah, berqurban tidaklah sama dengan ibadah haji, karena ibadah haji sekali seumur hidup minimal sekali, serupa ibadah haji dengan hakekah, yg hanya sekali seumur hidup. sebagai bagian dari rasa syukur kita atas nikmat hidup yg diberikan kepada kita oleh Allah SWT.
Sedangkan berqurban, ia adalah bagian dari wujud syukur kita atas nikmat harta benda yg Allah SWT berikan atas kita pada tiap2 tahunnya. Ibadah ini serupa halnya dengan Zakat Fitrah, yg diwajibkan pada kita untuk ditunaikan, selama kita mengalami masanya, dan telah sesuai syariat agama yg telah di tentukan.
Namun jika belum ada akan kemampuan untuk berqurban itu, maka niat dan tekadkanlah dg sungguh2 olehmu agar kelak ibadah qurban itu dpt tertunaikan sesuai syariat agama dan sesuai harapanmu juga. Sebab insya Allah, niat dan tekad yg sungguh2 itu akan mendapat bantuan/ pertolongan dari Allah SWT. Lagipula niat dan tekadmu yg sungguh2 itu untuk berqurban, sesungguhnya bermakna kita sedang akan meng kaya kan diri kita dari masa dan saat2 sebelum kita mampu untuk berqurban.
Lalu bagaimana ukuran mampu itu...?!, karena hal tersebut sering ditanyakan dalam keseharian kita. Maka contoh dan penjelasan sederhananya adalah ;
Andai engkau miliki uang saat ini sebesar 10.juta, lalu bila kau belanjakan ia untuk berqurban sebesar 2.juta, maka akan bersisa 8.juta. Selanjutnya, dinyatakan mampu ia untuk berqurban apabila sisa dari uang nya itu dinilai dimata umum masih cukup untuk biaya hidup pokok selama 4 hari. Yakni : 1 Hari Raya dan 3 hari tasrik kesudahannya.Akan tetapi, ia dinyatakan belum mampu oleh Agama bila sisa setelah berqurban itu tidaklah dinilai cukup dalam pandangan umum untuk biaya hidup pokoknya selama 4 hari sebagaimana dijelaskan tadi. Ingatlah untuk selalu mentunaikan ibadah sesuai dg tuntunan dan syariat agama yg benar. Demikian pula dengan berqurban, diantaranya ;
qurban kambing jawa mustilah telah berusia 2 thn, kurang 1 hari saja tidaklah sah.
qurban kambing gembel mustilah telah berusia 1 thn, atau 6 bulan namun telah kupak.
qurban sapi mustilah telah berusia 2 thn.

Semua itu mendidik kita untuk menjadi pribadi yang dermawan.
Rangkumannya : Pelit itu merupakan penyakit berbahaya yang amat besar dalam mencelakakan dan membinasakan kita kelak di akhirat nanti.
Firman Allah SWT dalam Qur'an, yang artinya dalam bahasa keseharian kita adalah : " Jangan dikira orang yg pelit itu, dari kurnia yg Allah berikan itu akan menguntungkannya, karena justru yang demikian itu merugikan lagi membinasakan mereka".  Karena pelit atas harta yg demikian itu kelak di akhirat berakibat dikalungkannya harta tersebut pada lehernya dengan keadaan terbungkus api neraka.

Dikisahkan pula pada zaman dahulu di era para Tabi'in, ada seorang Ulama Besar dari kalangan Tabi'in yang bernama Abu Sinan, ia Kyai atau Ulama Besar yang sangat dihormati, banyak orang yg datang untuk mengaji padanya.
Suatu hari seperti hari2 biasanya, banyak masyarakat yg datang ke kediamannya untuk dapat mengaji pada beliau, namun hari iti ia berkata ; "Pengajian hari ini libur dahulu, sebab saya punya tetangga, adiknya baru wafat, sedangkan saya belum melayatnya. Kini saya ingin melayat, adakah dari kalian yg ingin melayat bersama ku..", kemudian mereka berkata; "baik guru kami ikut bersamamu".
Singkat cerita, Sang Ulama Abu Sinan ini bersama para jamaahnya menyaksikan bahwa ada seorang ahli ibadah yg wafat, lalu didapati padanya tertimpa siksa kubur yg amat mengerikan, yakni terbelitnya leher si mayit ahli ibadah ini dg Ular besar yg wujudnya berupa api yg menyala-nyala. Hal tersebut menimpanya hanya di karenakan si mayit mempunyai satu penyakit semasa hidupnya, yakni penyakit bakhil atau pelit. Sekalipun ia dikenal sbagai muslim yg ahli ibadah.

Sebagaimana Firman Allah SWT, yang dalam bahasa kita "Jangan dikira orang yg pelit itu, dari kurnia yg Allah berikan itu menguntungkan, karena sesungguhnya yg demikian itu (pelit), justru akan merugikannya lagi membinasakannya kelak". atau perumpamaannya; "jangan dikira dengan doyan makan saja, tanpa disertai dengan berak kesudahannya, akan membawa ia akan kebaikan atau kemakmuran. Sebab sesungguhnya yg demikian itu bahaya baginya, dan kelak akan mencelakainya. Sebab orang2 pelit itu kelak di akhirat, dirinya akan dikalungi dengan hartanya yg ia pelit atasnya, dan harta yg dikalungkan itu terbuat dari api neraka yg amat panas lagi menyala-nyala.

Karenanya, jangan...jangan...janganlah kita menjadi pribadi yg pelit, tetapi belajarlah...belajar...belajarlah dan berupaya agar dpt menjadi pribadi yg Derma, andai belum mampu untuk yg besar2, maka mulailah dari yg kecil2, yg kita mampu. Sungguh yg demikian itu jauh lebih baik dari yg tidak memberi sama sekali. Semoga dg niat dan upaya Derma yg sungguh2 serta istiqomah, maka kelak Insya Allah akan dimudahkan kita jalan menuju pribadi Dermawan. Amiin.

Bakhil atau pelit ini amatlah berbahaya, hingga Nabi Muhammad SAW sangat mewanti-wanti akan hal ini kepada umatnya, agar seorang muslim sekuat mungkin untuk tidak menjadi pribadi yg pelit. Bahkan saking tercela dan bahayanya pelit ini, Nabi Muhammad SAW berdoa setiap harinya agar dirinya dijauhi dari sifat pelit ini.

Bakhil atau pelit memiliki lawanannya yaitu, sakho atau murah hati, yg termasuk dlm kategori pribadi yg Dermawan. Dermawan itu sendiri mempunyai dua tingkatan, yakni :
1. Sakho (Murah Hati), Dermawan ini maknanya ia murah hati dengan memberikan orang lain / berbagi kepada sesama setelah kebutuhannya terpenuhi. Ini dipuji oleh agama;
2. Itsar , Dermawan ini maknanya ia murah hati dengan memberikan orang lain/ berbagi kepada sesama tanpa mendahului kepentingannya dahulu. (hanya dalam urusan harta benda dunia). Ini pun amat sangat dipuji agama, dan ia sifat tertingginya Dermawan.
Dermawan itsar ini dahulu dimiliki oleh para kaum anshor. Dikisahkan dahulu ada keluarga anshor yg saat itu hanya memiliki sepiring makanan, namun mereka akan kedatangan seorang tamu dari kaum muhajirin. Lalu berkata si orang anshor ini kepada isterinya " duhai isteriku, tolong kau siapkan makanan yg hanya sepiring itu di meja makan nantinya, lalu kau gelapkan ruang makan itu nantinya pula, kapan? nanti setelah kutawarkan tamu kita untuk makan bersama, dan setelah ia akan mulai makan bersama dg itu. Dengan begitu ia tdk akan tau kalau makanan yg tersedia hanya sepiring saja untuknya, dan karena ia tdk mengetahui yg sebenarnya, semoga ia dapat menyantapnya dengan tenang dan bahagia.
sang Isteri anshor ini menyetujui perintah sang suami, lalu ia bertanya mengenai anak2nya, lalu menjawab sang suami seraya memberi petunjuk pada isterinya agar isterinya mengambil batu dan menggoreng-gorengnya di dapur, agar si anak2 tenang dalam menanti makanannya yg mereka kira akan mereka makan, sambil isterinya itupula untuk sambil merayu si anak2 untuk tidur dalam menanti masakannya itu.
Sungguh luar biasa mulianya sifat orang2 anshor ini, itulah mereka kaum anshor yg memiliki makna pembela-pembela Islam. jauh berbeda dg kita yg lebih mengutamakan kepentingan diri dari orang lain, bahkan kadang tdk segan merebut hak orang lain yg bukan menjadi haknya. serta suka mendahului orang lain dalam urusan ibadah dg alasan mereka lebih tua, mereka ulama, mereka pejabat...sungguh keliru yg demikian. Karena agama justru mengajarkan untuk mendahului orang lain untuk urusan dunia, dan mengutamakan diri sendiri bagi urusan ibadah untuk akhirat.

Agama juga menyatakan, bahwa banyak berbagi/ Dermawannya dirimu terhadap orang2 miskin pun sesama yg lain, nantinya akan membawamu pada banyaknya saksi dan pembela kebaikan di akhirat kelak. Dan sungguh yg demikian itu kelak akan makin mendekatkan kita akan kemungkinan yg besar mendapat ampunannya Allah SWT. Sebab kita sebagai manusia yg banyak akan dosa dan kesalaham sangatlah butuh pertolongan dan bantuan dari manapun, baik dari Syafaat para Nabi2, pembelaan para wali2, ulama2, pun orang2 soleh lainnya. terlebih mereka kaum miskin yg telah kita berbagi atasnya. Karenanya sungguh ke Dermawanan atau ke Murah Hatian itu banyak membawa kita pada banyak kebaikan dan keselamatan.

Demikian kiranya secarik catatan Ta'lim ini di sampaikan. Bilamana catatan ini dinilai memiliki manfaat yang baik, maka mari sebarkan kebaikan ini. Semoga niat baik dan tulus ikhlas kita pada penyebaran kebaikan ini mendapat ganjaran terbaik disisi Allah SWT, dan semoga pula Allah masukkan kita pada golongan hamba2x Nya yg mendapat ampunan-Nya. Serta ditetapkan-Nya kita pada akhir hayat yang palin indah dan baik, yakni Khusnul Khotimah. Amiin Ya Rabbal Alamiin...

Namun, bila didalam catatan ini ditemukan hal-hal keliru dan menyalahi makna yang sesungguhnya, maka sungguh hal tersebut semata-mata hanya karena kekhilafan dan kebodohan si penulis (Murid) yang telah keliru memahami materi yang di sampaikan sang Guru, karenanya diri membuka luas segala koreksi dan arahan yang membangun. Akan tetapi bila dirasa hal ini telah baik dan benar, maka semata-mata hal tersebut adalah bagian dari pertolongan dan karunia dari Allah SWT.

Semoga membawa manfaat.
Taman Ilmu dan Hikmah Islam :

http://islamdidaktika.web.id/

http://fakhrualbantani.blogspot.com/

https://www.facebook.com/pages/Islam-Didaktika/226224114114784?ref=stream&hc_location=stream

Minggu, 22 September 2013

Bab Hasud (Kitab Hidayatus Salikin)

Berikut secarik catatan kecil dari Majlis Ta'lim. - Eps.2
Asuhan : KH. Muhammad Fakhruddin bin Sufyan Al Bantani, SHi.
Mursyid Mahad Aly Al Arbain. Jakarta

Bab. Hasud
Penyakit Hati yang Berbahaya No.4 yang harus diketahui oleh Muslim.

Hasud bahasa Indonesianya itu Dengki atau Iri hati atau tidak senang bila melihat org lain senang atau ia senang bila melihat org lain susah.

Hasud pada diri seseorang itu menyebabkan ia susah dan gusar bila ada org lain yang mendapat kesenangan, kemajuan, atau kebaikan.

Hasud adalah penyakit yang berbahaya dalam hidup dan kehidupan seorang anak manusia muslim, bila ada penyakit ini dlm hati/ diri seorang muslim.

Sebab hasud ini warisan syetan. Warisan iblis itu dimuka bumi yaitu hasud.

Perlu dipahami dahulu kata iri dalam sisi bahasa, sebagaimana Imam Ghazali berkata.
Iri itu secara umum ditinjau dari sisi bahasa (arab) ada 3, yakni :
1. Hasut = buruk dan bahaya, serta Haram hukumnya
2. Ghib'toh = baik atau Sunnah hukumnya
3. Ghiroh = boleh atau mubah hukumnya

Pemaparannya...

Ghiroh adalah iri atau tdk senang atas kesenangan org lain, karena kesenangannya itu menyebabkan ia durhaka akan Allah SWT atau ia merusak agama dg kesenangan yg ada padanya.
Contoh :
1. Iri atau tidak senang akan kesenangan org lain (yakni penjudi) yg makin senang dg kesesatannya. Sehingga ia berharap (berdoa sekalipun) agar penjudi tersebut di cabut nikmatnya (bangkrut) dg harapan org trsebut menjadi lebih baik dan kembali taqwa pd kesudahannya itu (berharap menjadi taubat dan lebih baik atas sebab kehilangan nikmatnya itu).
Namun demikian, Iri atau Ghirohnya itu hanya boleh di timbulkan pd saat org trsbut dlm keadaan berjudinya saja. (tdk boleh bila org trsebut sdg tdk dlm kesesatannya)... Contoh lainnya;
2. Iri atau tdk senang akan kemajuan Pejabat/ Pemimpin yg dzhalim terhadap masyarakatnya dan durhaka akan Allah SWT. Sehingga ia berharap (berdoa sekalipun) agar dicabutnya nikmat pejabat tersebut dg harapan hal trsbut akan menjadikannya bertaubat dan kembali bertaqwa kpd Allah SWT. Atau agar selamat masyarakatnya, serta selamat pula Agama dari penodaan dan penghancuran karenanya.

Walau sebagaimana di jelaskan di atas sebelumnya, bahwa boleh saja kita Iri dan mendoakan agar tercabutnya nikmat mereka. Namun demikian baik dan mulianya kita bila kita dpt melakukan seperti apa yang pernah di perbuat oleh Imam Ahmad bin Hambal. Yakni ;
Imam Ahmad bin Hambal pernah lewat diasuatu daerah prostitusi atau daerah yg penuh akan maksiat. Kemudian disana ia berdoa panjang lebar agar org2 yg dilihatnya sedang bersenang-senang dg kemaksiatannya itu, ia doakan agar kelak di akhirat nanti dpt pula bersenang-senang di surganya Allah SWT. --- bagaimana mungkin..?!?!, tentulah ia pun berharap setelah mereka bertaubat dan bertaqwa dg sungguh2x serta benar dahulu kpd Allah SWT.
Demikianlah sikap dan hati bersih lagi mulianya para orang2x yg soleh.
Sebab bila terkabul dan ia jadi bertaubat serta kembali bertaqwa akan Allah SWT, maka insya Allah kitapun akan mendapatkan ganjaran pahala karenanya.
Kesimpulan : Ghiroh memiliki makna iri atau cemburu yg dikarenakan semata-mata karena Agama terasa dinodai dan rusak akannya.

Tidak dibenarkan jika ia Iri dan mendoakan si pejabat yg dzhalim untuk tdk sampai menjabat/ turun di karenakan ia ada maksud menggantikannya, karena ia merasa lebih baik dari sang pejabat tsbut.

2. Ghib'toh adalah Iri atas amaliah orang lain. Iri pada Ghibtoh adalah cemburunya seseorang terhadap amaliah baik seseorang, sehingga ia menuntut dan berharap kepada Allah SWT agar dpt melakukan amaliah yg sama kepada Allah SWT. sebagaimana yang ia saksikan atas amaliah orang lain kepada Allah SWT.
Contoh :
1. Irinya seseorang trhdap org lain yg telah mampu menunaikan haji. Ia iri bukan kpd pelaku yg akan menunaikan haji tersebut. Namun ia hanya iri terhadap ketentuan yg telah menyebabkan orang lain dpt menunaikan hajinya tersebut. Sehingga Ghibtoh itu lebih kepada Iri kepada Allah SWT. (untuk dirinya dpt melakukan amaliah baik sebagaimana org lain telah melakukan amaliah baik tersebut). Contoh lainnya...
2. Iri terhadap amaliah org lain yg telah mampu melazimkan puasa sunnah pun qiyamul lail (Ibadah di 1/3 malam) sedang dirinya belum. Kembali lagi, bahwa sama halnya dg contoh sebelumnya, bahwa iri ini adalah iri yg bukan pd pelakunya, namun iri pd kemampuan/ kemauan amaliahnya org tsbut. Yang kesemuanya menyebabkan ia akan berusaha dan berdoa lebih kuat lagi dlm bertaqwa kpd Allah SWT, dg harapan ia di beri kenikmatan yg sama yakni, kenikmatan didalam melakukan amaliah2x soleh lainnya yg sebelumnya ia belum pernah mampu melakukannya.
Kesimpulan : Ghibtoh bermakna iri ditujukan pada suatu amaliah soleh yang baik, Iri yg ditujukan pada Allah SWT, penuntutannya kpd Allah SWT juga menuntut ia untuk tambah lebih maksimal didalam ikhtiar ibadahnya kpd Allah SWT. Karenanya Ghibtoh adalah Iri yang disunahkan bagi seorang muslim.

3. Hasud adalah Iri atau perasaan tdk suka terhadap org lain yg sedang mendapatkan kesenangan. Ia malah merasa senang bilamana org tersebut mengalami kesusahan. Iri yang demikian juga disebut Dengki.
Orang yg dihatinya trdapat sifat hasut, hidup dan kehidupannya tdk akan prnah bahagia, ia akan selalu sengsara selama sifat Dengki atau Hasud ini ada dlm hatinya.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, yakni artinya : "bermula hasud itu memakan ia akan amal yang kebajikan, seperti api memakan kayu yang kering".
Bila diperumpamakan, bila ada seorang ahli ibadah puluhan tahun ia ibadah tanpa cela, lalu ia hasud dlm sehari, maka rusak dan hancurlah sgla ibadahnya selama ini. Laksana kemarau sepanjang tahun, meninggalkan debu yg tebal di atap2x, namun hilang dalam sehari, hanya sebab hujan yg lebat dalam sehari.
Karenanya hasud mustilah di buang jauh2x dari diri seorang muslim. Dan hasud hanya dpt diobati oleh dirinya sendiri. Sebab ia adalah penyakit batin, cacat hati yg hanya diketahui oleh dirinya, sedang org lain hanya dpt melihat dari tanda2xnya.

Ada beberapa dampak buruk dari Hasud, di antaranya :
» Ganjaran Ibadahnya hancur (walau telah dibangun 1.000 tahun) sebagaimana di jelaskan di dalam Kitab Imam Ghazali, yakni Minhajul Abidin.
» Sedih dan ruwet hatinya sepanjang hasud itu hidup di dirinya. (tdk ada kenikmatan hidup).
» Mendapat murka Allah SWT, karena mereka tdk menerima akan ketentuan Allah SWT.
» Tidak kuat dan gemar dalam beribadah kpd Allah SWT, bahkan mereka berpeluang lalai kpd ibadah mereka.

Namun tdk perlu kita bersedih dan risau, jika ada org lain yang hasud atau dengki kpd kita. Sebab bila Allah SWT ingin mengangkat derajat seseorang, maka Allah akan kirimkan kpd kita mulut2x api dari org2x yg dengki kpd kita. (laksana kayu Gahru yg dibakar, semakin dibakar ia makin kuat akan wanginya).

Demikian kiranya secarik catatan Ta'lim ini di sampaikan. Bilamana catatan ini dinilai memiliki manfaat yang baik, maka mari sebarkan kebaikan ini. Semoga niat baik dan tulus ikhlas kita pada penyebaran kebaikan ini mendapat ganjaran terbaik disisi Allah SWT, dan semoga pula Allah masukkan kita pada golongan hamba2x Nya yg mendapat ampunan-Nya. Serta ditetapkan-Nya kita pada akhir hayat yang palin indah dan baik, yakni Khusnul Khotimah. Amiin Ya Rabbal Alamiin...

Namun, bila didalam catatan ini ditemukan hal-hal keliru dan menyalahi makna yang sesungguhnya, maka sungguh hal tersebut semata-mata hanya karena kekhilafan dan kebodohan si penulis (Murid) yang telah keliru memahami materi yang di sampaikan sang Guru, karenanya diri membuka luas segala koreksi dan arahan yang membangun. Akan tetapi bila dirasa hal ini telah baik dan benar, maka semata-mata hal tersebut adalah bagian dari pertolongan dan karunia dari Allah SWT.

Semoga membawa manfaat.
Taman Ilmu dan Hikmah Islam :

http://islamdidaktika.web.id/

http://fakhrualbantani.blogspot.com/

https://www.facebook.com/pages/Islam-
Didaktika/226224114114784?ref=stream&hc_l
ocation=stream