Kamis, 08 November 2012

IKHTIAR DAN TAWAKAL

Sahabat..! kali ini, kita kembali menyelami kandungan satu butir dari butiran-butiran mutiara Ratib Haddad, kita baca terlebih dahulu. Lalu bacalah terjemahan bebasnya

بسم الله والحمد لله ... والخير والشر بمشيئة الله

Bismillah….. aku mulai berusaha
alhamdu lillah…. Aku telah menyelesaikan tugasku hari ini
Adapun hasilnya, sukses atau gagal itu tergantung kehendak Allah

Bismillah….. aku mulai belajar
alhamdu lillah…. Aku telah menyelesaikan tugasku hari ini
Adapun hasilnya, sukses atau gagal itu tergantung kehendak Allah

Bismillah….. aku mulai kuliah
alhamdu lillah…. Aku telah menyelesaikan tugasku hari ini
Adapun hasilnya, mendapat pekerjaan atau pengangguran itu tergantung kehendak Allah

Bismillah….. aku mulai berdagang
alhamdu lillah…. Aku telah menyelesaikan tugasku hari ini
Adapun hasilnya, untung atau rugi itu tergantung kehendak Allah

Bismillah….. aku mulai bersetubuh
alhamdu lillah…. Aku telah menyelesaikan tugasku hari ini
Adapun hasilnya, punya anak atau tidak itu tergantung kehendak Allah

Bismillah….. aku mulai meminum obat
alhamdu lillah…. Aku telah menyelesaikan tugasku hari ini
Adapun hasilnya, sehat atau tidak itu tergantung kehendak Allah

Bismillah….. aku mulai nyalon gubernur
alhamdu lillah…. Aku telah menyelesaikan tugasku hari ini
Adapun hasilnya, sukses atau gagal itu tergantung kehendak Allah

Bismillah….. aku mulai menanam padi
alhamdu lillah…. Aku telah menyelesaikan tugasku hari ini
Adapun hasilnya, panen atau gagal panen itu tergantung kehendak Allah

Sahabat…! Seakan-akan Al Habib Abdullah Al Haddad, sang Wali Quthub ini dan Shufi Besar ini mengatakan kepada kita :
TUGASMU ADALAH BERPROSES….. LAKUKANLAH DENGAN MAKSIMAL, PROSEDUR YANG BENAR SERTA PENUH KESUNGGUHAN DENGAN SEGENAP KEMAMPUANMU… JANGAN PIKIRKAN HASIL ATAU SUKSES.

Sahabat..! mungkin ada yang bertanya ……aku masih bingung, apa maksud tulisan tulisan itu ? tolonglah jelaskan… agar aku mengerti dan dapat tertarik untuk membaca RATIB HADDAD?

Untuk menjawab kekurang fahaman, ada baiknya kita mengikuti ulasan syeikh Bawa Muhaiyadden yang senada dengan itu, beliau berkata :

Baiklah, mari kita lihat. Ambil contoh seorang dokter. Setelah menyelesaikan sekolah kedokteran, jika ia menjadi ahli bedah, dia akan memiliki akses pada semua alat-alat (instrumen) bedah yang akan digunakan tangannya untuk membedah.

Apakah tugasnya saat itu? Dia mengetahui bahwa pasien bisa hidup ataupun meninggal selama operasi berjalan. Jadi mungkin sang dokter akan berpikir, “Jika operasinya gagal dan pasiennya meninggal, aku akan dianggap bersalah karena membunuh dan aku akan masuk neraka. Tetapi jika pasiennya hidup, aku akan dipuji.” Mungkin itu yang akan terjadi.

Tetapi selayaknya dia tidak perlu berpikir bahwa hasilnya merupakan tanggung jawab dirinya.

Ada Sang Pencipta yang menciptakan tubuh ini, dengan segala pembuluh darah dan syarafnya. Segalanya merupakan milik-Nya, bahkan kelahiran dan kematian. Bahkan segala pujian dan segala hinaan adalah di bawah kehendak-Nya. Para dokter perlu menyadari hal ini. Dia harus bertindak sesuai prosedur yang diperintahkan kemudian hendaknya berkata,

“Ya Tuhanku, ini adalah pekerjaan-Mu.
Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu untuk datang memberi pertolongan dan melakukan tugas-Mu.
Aku hanyalah pembantu-Mu. Aku hanyalah instrumen di tangan-Mu.
Adalah Engkau yang harus melaksanakan operasinya, melindungi pasien, dan menyelamatkan hidupnya ataupun membuatnya meninggal.
Ini adalah tugas-Mu. Aku hanyalah instrumen.
Sebuah instrument tidak bertanggung jawab akan hasilnya.
Yang bertindak dan melindungi adalah Engkau. Untuk itulah Engkau, Diri-Mu sendiri, yang harus melaksanakan operasi ini.”

Sahabat..! engkau harus menyadari bahwa engkau hanyalah instrumen-Nya, dan tanggung jawabnya bukan berada di tanganmu. Ingatlah bahwa ahli bedahnya adalah Tuhan dan engkau adalah tangan-Nya. Jika engkau melaksanakan operasinya dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada lagi bahaya. Tuhan yang akan melakukannya. Bagaimanapun, jika, engkau berkata, “Aku yang melakukan operasi ini,” maka pujian ataupun hinaan akan menjadi milikmu.
Jika engkau dapat memahami bahwa tanggung jawab akan pujian dan hinaan adalah milik Allah semata, dan jika engkau menyerahkan segalanya kepada-Nya, maka engkau akan melaksanakan semua tugas-tugas sebagai instrumen-Nya, dan mengatakan, “Semoga yang bertindak adalah Engkau, Wahai Tuhanku.” Oleh sebab itu, jadilah instrumen-Nya dan lakukan apapun yang engkau lakukan sebaik-baiknya dengan segenap kemampuanmu. Begitulah caranya.

Wallahu A’lam
Semoga Allah memberikan manfaat