Kamis, 13 Oktober 2011

Surat untuk Sahabat dari insan yang di sebrang sana....

انظر من حولك ممن دونك فى امور الدنيا
Sahabat…!
Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang di rumahnya tidak punya apapun untuk dimakan.

Sahabat…!
Sebelum engkau mengeluh tentang pendampingmu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan  untuk meminta penyembuhan sehingga pendamping hidupnya TIDAK LUMPUH seumur hidup.

Sahabat…!
Hari ini, sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi  ke alam kubur dengan masih menyertakan kemiskinannya.

Sahabat…!
Hari ini, sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi  ke alam kubur dengan masih memegang botol miras.

Sahabat…!
Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi belum kunjung diberi.

Sahabat…!
ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaan sepertimu.

Sahabat….!
ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah kepada Allah yang Rahman-Rahim, karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.


Sahabat…!
Di dunia ini, Engkau cuma bisa hidup sekali saja, tetapi jika engkau hidup dengan benar, sekali saja sudah cukup."

Sahabat…!
Hidup adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah  dan isilah lembaran-lembaran hidup ini dengan sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia. Ingatlah pesan Sang Nabi Sholawatullah wasalaamuhu 'alaih :

خير الناس انفعهم للناس

Selasa, 11 Oktober 2011

Cobaan atau Siksaan

ilustrasi semata
Awal kisah ada seorang Businnesman yang Sukses (orang kaya raya) mengadakan party (pesta) gede-gedean bersama keluarga.  Dia duduk di atas sofa yang halus lagi empuk sementara keluarga besarnya sedang menghadapi jamuan hidangan pesta. Dia berkata kepada mereka : Ayo makan ! Aku sediakan hari ini makanan yang sangat istimewa.

Ketika mereka tengah berpesta pora, tiba-tiba datanglah malaikat maut dengan memakai pakaian layaknya seorang pengemis. Lalu ia membunyikan bel pagar pintu rumahnya, lalu keluar seorang satpam, lalu satpam pun bertanya : “Ada perlu apa pak!” Si pengemis itu berkata : “Panggil bosmu suruh kemari! Lalu satpam itu pun membentak seraya berkata : Bosku dipanggil untuk menemui orang yang sepertimu. Ah yang benar saja?”  “Benar » . Kata si pengemis.

Kemudian masuklah ia (satpam) dan menceritakan kepada bosnya, kata bosnya: « Kenapa kamu tidak memukulnya atau mengusirnya! ».  Lalu malaikat maut membunykan belnya lagi dengan keras dan berulang kali. « Coba temui siapa sih yang mengetuk pintu. »  Kata si penghuni rumah. lalu satpam tersebut keluar, langsung si pengemis itu berkata : « Bilang sama bosmu aku ini malaikat maut ».

Ketika  mendengar pernyataan malaikat maut, mereka semua terperanjat ketakutan. lalu malaikat maut pun masuk dan si kaya langsung mengumpulkan uang, emas, beberapa kartu ATM, depositonya,  asuransinya dan lain sebagainya yang disimpan di lemari brangkasnya, lalu memandanginya dengan penuh penyesalan, seraya berkata : « Terkutuk kau harta! dirimu telah membuatku terlena meninggalkan ibadah kepada Tuhanku ». Dengan izin Allah harta itu menjawab, : « Kenapa kamu mencelaku, bukankah kamu keluar masuk rumah pejabat tersebabku, kamu usir orang yang sholeh karenaku. Padahal kamu belanjakan aku ke jalan yang salah dan aku tidak menolaknya, coba kalau kamu belanjakan aku kejalan yang benar pasti aku berguna dan manfaat bagimu ».

Kemudian malaikat maut mencabut nyawanya lalu pergi. (Thowiel)

Sumber   :  Al Majaalis Al Saniyyah
Cetakan  :  Daar Ihya El Kutub El Arabiah

Jumat, 07 Oktober 2011

Pemimpin Yang Adil



Umar bin Khattab  mengangkat Said bin ‘Amir Al Jumhi sebagai  Gubernur di Himash (sebuah kota di Syiria).  Lalu Umar sebagai khalifah kunjung kesana untuk melihat rakyatnya dari dekat.  Setelah sampai disana, Umar mengadakan pidato kenegaraan. Di tengah-tengah pidatonya ia berkata : Wahai rakyat Hamash ! bagaimana pandanganmu tentang Gubernurmu ? Lalu mereka mengadu kepada Umar perihal Gubernur. Mereka berkata : Wahai Khalifah ! Kami mengadu empat hal,  Dia (gubernur) tidak keluar kepada kami kecuali menjelang siang. lalu umar berkata : besar sekali kesalahannya. terus apa lagi, kata Umar. Mereka menjawab : Dia tidak melayani rakyatnya di malam hari.  Aduh gawat! Sela Umar. terus apa ? mereka berkata : Dalam sebulan, sehari ia tidak masuk kantor (tidak melayani kami). Umar berkata : wah gawat kalau begini. terus apa lagi. Mereka berkata: Kadang berhari-hari dia  seperti orang stress (gila).


Setelah mendengarkan keluhan rakyatnya, Lalu Umar mengadakan konferensi pers antara gubernur Said bin ‘Amir dengan rakyatnya. Dan langsung yang memimpin jalannya konferensi tersebut ialah Khalifah Umar sendiri. Umar berkata : “Ya Allah ! jangan salahkan pandanganku tentang Said”.

Setelah dibuka jalannya sidang, Umar bertanya kepada rakyat Himmash : apa yang kamu keluhkan tentang gubernur? Mereka menjawab : dia tidak keluar kecuali sudah siang. Said menjawab : “Sebetulnya aku tidak suka menyebutkannya, begini wahai rakyatku ! Istriku tidak punya pembantu, jadi aku yang memasak, yang membuat roti sementara istriku mengerjakan pekerjaan lainnya , kemudian aku berwudhu dan sholat baru aku berangkat kekantor”.

Kemudian Umar berkata : Apa lagi keluhan kalian? Mereka menjawab : dia tidak menerima rakyatnya di malam hari. Benar begitu! kata Umar. Said menjawab: sebetulnya aku malu menyebutkannya  sesungguhnya siang hari telah ku jadikan untuk mengabdi kepada rakyat dan malam hari  aku mengabdi kepada Allah SWT.

Kemudian Umar berkata: apalagi keluhan kalian? sehari dalam sebulan dia tidak masuk kantor!  kata rakyatnya. benar kamu! sela Umar kepada Said. Lalu Said menjawab: Aku tidak punya pembantu yang dapat mencuci pakaianku, dan aku tidak punya pakaian salinan jadi aku mencuci sendiri, lalu  setelah kering kalau tidak hujan sorenya aku berangkat ke kantor.

Masih ada keluhan? Tanya umar kepada rakyat Himash. Kadang beberapa hari dia seperti orang stress? Jawab mereka.

Sang gubernur berkata : Begini tuan Khalifah! Aku melihat tersungkurnya Khubeb Al Anshari di Mekah. Orang-orang Quraisy memotong-motong  dagingnya, lalu mereka membawanya di atas pelapah kurma. mereka berkata : Apakah kamu suka Muhammad begini ? Khubeb menjawab :”Demi Allah ! Aku tidak rela aku duduk bersama anak dan istriku, sementara Muhammad begini. “Benar demikian! kata mereka. Demi Allah aku tidak rela aku bersama-sama keluarga dan anak-anakku sementara Muhammad terlukai. kemudian Khubeb berkata : Muhammaaaaad ! .

Setelah selesai menceritakan Khubeb, Said berkata :Aku tidak menolongnya, karena waktu itu aku masih musyrik tidak beriman kepada Allah. Bila aku teringat kejadian di hari itu, rasanya Allah tidak akan mengampuniku selama-lamanya tersebab dosa itu. Makanya aku kadang seperti orang gila.

Setelah Umar mendengarkan ulasan Said, ia berkata: Alhamdulillah, Allah tidak salahkan firasatku. Lalu Umar memberikan bantuan seribu dinar kepada Said dan berkata : Pergunakanlah uang ini untuk urusanmu...! lalu istrinya berkata: Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kekayaan kepada kami atas melayanimu. Said berkata kepada istrinya : Apakah boleh diberikan kepada yang terlebih baik dari kami? Kita berikan saja kepada orang yang nantinya kita lebih membutuhkannya .(Di infakkan di jalan Allah). Istrinya menjawab: boleh.

Setelah itu Said memanggil salah seorang kerabatnya yang terpercaya. lalu ia berkata: Bagi-bagi ini kerumah janda jompo si fulan, ke rumah yatim si fulan, ke rumah keluarga miskin si fulan dan kerumah orang sakit si fulan!. Sementara harta itu tinggal sedikit, baru ia berkata kepada istrinya : ini untukmu. Istrinya bertanya: Apakah tidak ingin memanggil pembantu saja? Ia menjawab : “nanti akan datang kepadamu orang yang lebih butuh dari apa yang kamu berada sekarang”. (Thowiel)

Sumber   :  Zaad Al Muttaqiin
Terbitan  :  Daar  Al Syarief  Riyad

Merenungi Akhirat

Ibrahim bin Adham pernah ditanya jama’ah majelis ta’lim, “cobalah engkau duduk bersama kami di masjid ini, kami ingin mendengarkan nasihat-nasihatmu?” Ibrahim berkata : “Aku lagi sibuk nih, lagi memikirkan empat hal, seandainya ada waktu luang nih, insya Allah, aku pasti duduk bersama-sama kalian”. Lalu mereka bertanya “memangnya apa sih yang menyibukanmu”? Ibrahim menjawab :

Pertama  aku merenungi ketika Allah mengambil janji kepada manusia, Lalu Allah berkata : golongan ini menuju surga (orang-orang yang taqwa) dan golongan ini menuju neraka (orang-orang yang durhaka).Sementara aku tidak tahu golongan yang mana aku ini?.

Kedua  aku merenungi seorang bayi ketika  berada di rahim ibunya dan baru berumur tiga bulan sepuluh hari dan ditiupkan roh padanya, kemudian  berkata  malaikat-Nya: “Ini orang dicatat sebagai orang yang celaka atau orang yang beruntung ?” sementara aku tidak tahu yang mana bagianku?

Ketiga  aku merenungi ketika malaikat maut datang hendak mengambil nyawaku, bersama orang mu’minkah aku atau bersama orang kafir? Sementara jawabanya aku tidak tahu.

Keempat  aku merenungi firman Allah  Fariqun  fil jannati wafariqun fissa’iir ”. (Sekelompok masuk surga dan sekelompok masuk neraka sa’ir) sementara aku tidak tahu termasuk kelompok manakah aku?.  (Thowiel)

Sumber  :Al Nawadiir.
Penerbit   : Al Haramain